HARIAN MERAPI - Bagian kedua dari cerita hidayah akibat sibuk mengejar kekayaan, menjadi orang sukses sampai lupa urusan keluarga.
Meski Hartoyo pergi dengan memendam rasa tidak senang pada keluarganya, namun sang ibunda tetap mendoakan anak pertamanya itu bisa sukses di tanah rantau.
Sedang Hartoyo sendiri sudah bertekad tak akan pulang jika belum meraih apa yang ia cita-citakan. Yakni, menjadi orang sukses dan kaya raya.
Perjuangan hidup yang dilalui Hartoyo jauh dari keluarga memang penuh liku-liku. Ia mencoba peruntungan dari nol, sebagai pekerja kasar di lapangan.
Tapi karena kerja keras dan didukung otaknya yang encer, maka pelan-pelan karirnya meningkat semakin ke atas.
Tak sampai sepuluh tahun, Hartoyo pun sudah menjadi apa yang ia inginkan. Ia punya usaha sendiri dan memiliki karyawan hingga puluhan orang.
Apapun sekarang ia punya, termasuk istri yang cantik beserta seorang anak mungil. Semua yang bersifat materi bisa ia miliki, kecuali waktu yang selalu tak ia dipunya untuk urusan keluarga dan urusan lain di luar pekerjaan.
Jangankan dengan orang tua dan adiknya yang berada jauh di tempat lain, dengan istri dan anaknya yang serumah pun Hartoyo jarang berkomunikasi. Waktunya habis tersita oleh urusan pekerjaan.
"Papah lupa ya hari ini ulang tahun anak kita, bisa pulang awal tidak, Pah?" tanya istri Hartoyo dari ujung telpon di suatu sore.
"Waduh, iya Mah, saya lupa. Tapi bagaimana ya, urusan di kantor tidak bisa ditinggalkan," jawab Hartoyo.
Jika sudah seperti ini, istri Hartoyo hanya bisa menangis dalam hatinya. Ia sebenarnya sudah paham betul dengan sifat suaminya, tapi sulit rasanya untuk menerima perlakuan seperti itu terus menerus.
Upaya untuk mengingatkan sudah dilakukan, tapi sifat keras kepala Hartoyo tidak pernah berubah.