Pada Sabtu malam yang ketiga ia juga membuka kantong mori itu ternyata ada uangnya Rp. 880.000,-. Dan pada Sabtu malam yang terakhir didalamnya ada uang Rp. 900.000,-. Dan uang pemberian sopir bus siluman serta semua uba rampe hilang.
Untuk selanjutnya sudah tidak ada uang pemberian dari sopir bus siluman lagi tetapi dagangannya masih laris seperti dulu. Uang yang didapat dari sopir bus siluman itu dibagi bagi diberikan kepada Hardi dan tetangganya yang kekurangan.
Bus siluman yang ditumpangi oleh Pak Sunarjo itu pernah ditumpangi oleh Sarman teman Pak Narjo. Kata Sarman memang bus siluman itu sering mengganggu pedagang sayur. Tempat bus siluman itu memang di Kerkop terminal bus waktu itu.
Menurut Sarman memang terminal tersebut angker katanya dulu adalah kuburan (makam). Dan ada orang asing yang dikubur di tempat itu.
Sekitar tahun 1990 Pak Sunarjo sudah tidak ada di wilayah DIY karena ikut anaknya yang ada di Lampung utara.
Cerita mengenai keajaiban yang dialami oleh Pak Sunarjo itu sampai sekarang masih diketahui oleh orang orang yang tinggl di kampung Pak Narjo. (Dikisahkan Drs Subagya di Koran Merapi) *