Resi Tungguljati melihat ada sebuah pohon aren atau pohon gélang (enau) yang besar, tumbuh di atas tempat bertapa. Pelepah-pelepah dan ijuk tebalnya merimbuni pohon aren yang subur itu. Sehingga pohon aren yang rimbun itu tampak angker dan wingit mrebawani.
Tanpa berpikir panjang sang pertapa Resi Tungguljati segera menarik pelepah aren paling bawah. Pelepah aren itu kemudian dilemparkannya. (Amat Sukandar/Koran Merapi) *