Pada awalnya, Tarjo sebenarnya suami yang baik dan tanggung jawab. Setiap gajian selalu berdiskusi dengan istrinya, tentang kebutuhan apa saja yang diperlukan.
Mereka lantas membuat semacam anggaran agar semua tercukupi sampai akhir bulan. Begitu pula di kantor, kinerja Tarjo sempat dipuji oleh atasannya, bahkan sempat dipromosikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan gaji yang lebih besar pula.
Bersamaan dengan itu, dalam pergaulan di kampung Tarjo juga tidak pernah absen. Sayangnya, di antara aktivitas positif di kampung, ternyata diikuti pula dengan kegiatan yang kurang baik.
Seringnya mereka kumpul-kumpul, akhirnya tak terasa terlibat dalam permainan judi. Semula memang hanya bermain kartu biasa, tapi karena dianggap kurang menantang, akhirnya disepakati memakai taruhan.
Dari taruhan yang kecil, kemudian berkembang makin besar dan besar. Begitu pula dengan komunitasnya. Jika awalnya hanya di lingkungan sekampung, dalam waktu singkat sudah berkembang menjadi antarkampung dan bahkan lebih luas lagi.
Bagi Tarjo mungkin kesenangan ia dapatkan, tapi bagaimana dengan keluarganya? Mereka menjadi terabaikan, baik dalam hal perhatian maupun kebutuhan materi. Kesenangan berjudi jelas memberi dampak buruk, tapi masih saja tak disadari oleh mereka yang sudah telanjur kerasukan. *