Cerita hidayah menjadi orang mulia di masyarakat dengan menghilangkan sifat kesombongan

photo author
- Rabu, 15 Mei 2024 | 17:00 WIB
Ilustrasi cerita hidayah menjadi orang mulia di masyarakat dengan menghilangkan sifat kesombongan (Sibhe)
Ilustrasi cerita hidayah menjadi orang mulia di masyarakat dengan menghilangkan sifat kesombongan (Sibhe)

HARIAN MERAPI - Sifat kesombongan hanya akan mendpat cibiran di tengah masyarakat. Inilah cerita hidyah bagaimana agar menjadi orang mulia dengan menjalankan ketakwaan secara ikhlas.

Segenap upaya telah dilakukan Jasmadi (semua nama disamarkan) untuk mendapatkan nama baik di kampungnya.

Bahkan, ia rela merogoh kocek untuk mengadakan kompetisi tenis meja kecil-kecilan agar warga mau mendekat dan menganggap dia sebagai tokoh masyarakat.

Baca Juga: Bank Jateng Apresiasi Promedia Teknologi sebagai Ekosistem Media Daring yang Sehat

Tapi, rupanya warga punya pilihan lain, mereka tak pernah menganggap Jasmadi sebagai tokoh masyarakat panutan.

Jasmadi adalah sosok yang sudah memiliki segala-galanya. Ia seorang pejabat di kota setempat dan kaya raya.

Tiga gelar tersemat di namanya. Tak heran ia sering bersikap sombong dan jarang bersosialisasi di masyarakat, dengan dalih sibuk.

Melihat tetangganya, Kasrun, yang memiliki pendidikan biasa saja namun jadi panutan masyarakat, Jasmadi iri. Ia merasa lebih tinggi dari Kasrun. Terutama jabatan dan pendidikannya.

Baca Juga: Cerita hidayah gara-gara hobi yang menyesatkan harus menerima kenyataan kena PHK dari pekerjaan yang mapan

"Kalau sama Kasrun orang-orang pada 'nuwun sewu' kalau lewat. Omongan Kasrun juga 'digugu' sama warga. Apa kurangku dengan dia," batin Jasmadi saat nyruput teh di teras rumahnya sepulang kantor.

Ia pun atur siasat agar nama Kasrun tidak tambah berkibar. Saat ada lomba peringatan HUT kemerdekaan RI misalnya, ia mendatangi panitia dan menyumbang uang Rp 5 juta, sembari berpesan agar namanya diumumkan sebagai penyumbang terbesar saat pembagian hadiah.

Lain waktu, saat penyembelihan hewan kurban, ia menyembelih seekor sapi dan lagi-lagi meminta agar namanya beserta keluarganya disebut sebelum, saat dan sesudah hewan kurban disembelih.

Usaha-usaha yang telah dilakukan rupanya tak mendapat simpati warga. Sebaliknya, mereka malah tambah 'mangkel' dengan perilaku Jasmadi.

Baca Juga: Kirab Pusaka Tombak Kyai Turun Sih tandai puncak peringatan Hari Jadi ke108 Kabupaten Sleman

"Orang kok sombongnya kayak gitu. Pantas saja warga tak ada yang menganggap," ujar salah satu warga yang rasan-rasan usai penyembelihan hewan kurban.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Filosofi laron dalam masyarakat Jawa

Senin, 28 April 2025 | 14:45 WIB
X