HARIAN MERAPI - Berakhirnya perjuangan Pangeran Diponegoro melawan penjajah Belanda tidak bisa lepas dari upaya licik Jendral De Kock yang menangkap dengan tipu daya perundingan.
Untuk mengenang perjuangan Pangeran Diponegoro, kamar patilasan tempat penjajah Belanda menjebak Pahlawan Nasional ini kini menjadi ‘Museum Kamar Pengabdian Pangeran Diponegoro’ di Magelang.
Kamar itu semula ruang kerja Jendral De Kock. Di museum ini disimpan benda-benda bernilai sejarah yang pernah digunakan Pangeran Diponegoro.
Sebagai bangunan cagar budaya kamar ini sampai sekarang tidak dirubah, baik ukuran, bentuk arsitekturnya, corak lantai marmer, bentuk pintu dan jendelanya.
Sebuah kamar di sudut sisi selatan bangunan tua ‘Gedung Karesidenan Kedu’ di Jl. P. Diponegoro No. 1 Magelang (kini menjadi kantor Badan Koordinasi Pembangunan Lintas Wilayah II Provinsi Jawa Tengah), menjadi saksi bisu dan bukti sejarah perjuangan seorang pahlawan nasional, Pangeran Diponegoro, yang gigih melawan penjajah Belanda.
Di kamar ini pada hari Minggu tanggal 25 Maret 1830, Pangeran Diponegoro ditangkap dengan tipu muslihat yang licik oleh Jendral De Kock, yang semula mengajaknya berunding.
Setelah ditangkap, Pangeran Diponegoro beserta isteri dan putra-putranya dibawa ke Batavia pada tanggal 8 April 1830. Penjajah Belanda pada tanggal 30 April 1830 memutuskan untuk mengasingkannya ke Manado.
Pada tanggal 4 Mei 1830 mereka diberangkatkan ke sana dan ditempatkan di Benteng Amsterdam. Dari Manado pada tanggal 12 Juni 1830, Pangeran Diponegoro dipindahkan ke Makassar dan ditempatkan di Benteng Rotterdam kota Ujung Pandang.
Pangeran Diponegoro berada dalam pengasingan selama 25 tahun. Tanggal 8 Januari 1855 Pangeran Diponegoro wafat dan dimakamkan di luar benteng, di Kampung Melayu bagian utara kota Ujung Pandang.
Di Museum Kamar Pengabdian Pangeran Diponegoro ini ada satu set meja kursi perundingan yang diletakkan di tengah ruangan dan kini merupakan ‘saksi bisu’ penangkapan Pangeran Diponegoro.
Konon di kursi tempat duduk Pangeran Diponegoro ada bekas guratan kuku karena sangat murkanya terhadap kelicikan penjajah Belanda yang telah menipu dirinya.
Baca Juga: Prabowo Akan Melihat Perkembangan Soal Partai yang Akan Gabung Usai PKB dan NasDem
Kursi itu kini ditutup kain putih dan letakkan di dalam sebuah kotak kaca.