Keberadaan situs Brongsongan di dekat Candi Borobudur Magelang, kini jadi representasi fisik sejarah arkeologi

photo author
- Kamis, 25 April 2024 | 10:45 WIB
Yoni besar di Situs Brongsongan. (MERAPI-AMAT SUKANDAR)
Yoni besar di Situs Brongsongan. (MERAPI-AMAT SUKANDAR)

HARIAN MERAPI - Ketika dilaporkan pada tahun 1971 yoni di situs Brongsongan di dekat Candi Borobudur Magelang dalam kondisi terpendam tanah setengahnya.

Sekitarnya juga telah ditumbuhi semak-semak. Diperkirakan keletakan yoni sudah tidak berada di posisi awalnya. Saat ini yoni berada di lokasi situs.

Ada dua yoni yang berukuran berbeda. Yoni kedua berukuran lebih kecil dari yoni yang pertama. Bagian bawah panjang 75 cm dan lebar 74,5 cm, tinggi 71,5 cm serta bagian atasnya panjang 75 cm dan lebar 68 cm.

Baca Juga: Situs Brongsongan di dekat Candi Borobudur, bukti adanya toleransi beragama pada masa Kerajaan Mataram Kuno

Lubang yoni berukuran panjang 23,5 cm, lebar 23,5 cm dan dalam 48,5 cm. Bagian cerat telah patah dan hilang.

Pada saat dilaporkan tahun 1971 berada dalam posisi terpendam di dalam tanah sehingga diperkirakan posisinya sudah tidak asli. Saat ini yoni berada di lokasi situs.

Pada tahun 2019, Balai Konservasi Borobudur (kini bernama Museum Candi Borobudur) melakukan ekskavasi di Situs Brongsongan dengan membuka membuka 9 kotak ekskavasi pada luasan Situs Brongsongan sekitar ± 800 m².

Lahan ekskavasi merupakan lahan situs yang telah disewa pada bulan Juli 2019. Temuan permukaan yang terlihat di Situs Brongsongan adalah 2 yoni yang terletak di tengah situs dan sisi selatan situs.

Baca Juga: Situs Brongsongan di dekat Candi Borobudur, ada dua yoni yang diputuskan tetap ditinggal di lokasi penemuan

Yoni besar berukuran 120 cm x 120 cm x 198 cm, lubang berbentuk persegi dengan ukuran sisi 30 cm dan kedalaman sekitar 52 cm.

Yoni yang kecil berukuran 70 cm x 70 cm x 70 cm dengan lubang persegi berukuran sisi 24 cm dan kedalaman 45 cm.

Drs. Mohammad Taufik M.Hum dari kantor Museum Candi Borobudur (dulu Balai Konservasi Borobudur) menjelaskan, dari hasil kajian bangunan cagar budaya keberadaan situs Brongsongan merupakan representasi fisik dari sejarah perkembangan arkeologi dan ilmu konservasi di Indonesia.

Termasuk di dalamnya perkembangan etika arkeologi dan metode pelestarian peninggalan purbakala khususnya di Kawasan Borobudur.

Baca Juga: Situs Brongsongan di dekat Candi Borobudur Magelang, ketika ditemukan tahun 1971 kondisi yoni sudah terpendam

Upaya pelestarian tersebut dimulai dari pembuatan dokumentasi oleh pemerintah Hindia Belanda melalui Komisi dan Dinas Purbakala, pelaksanaan Proyek Pemugaran Candi Borobudur oleh Pemerintah Indonesia dan berbagai penelitian oleh Balai Arkeologi.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB
X