Warga yang berdatangan melihat dengan mata kepala sendiri, pak Karmin menggeliat berguling-guling di lantai. Ia berteriak-teriak penuh rasa sakit, 'Panaasss...panaasss!'
Tak lama setelah itu, tiba-tiba pak Karmin kejang-kejang dan dari mata, telinga, dan hidungnya keluar darah segar. Saat itu juga ia meninggal seperti sapi yang disembelih.
Warga pun tidak bisa berbuat apa-apa selain berdoa. Dan istrinya yang lolos dari korban tumbal, mengakui pak Karmin melakukan ritual pesugihan.
Dan dalam perjanjiannya jika tidak bisa memberikan tumbal maka ia dan keluarganya menjadi tumbal pengganti. - Nama samaran (Seperti dikisahkan Aribowo di Koran Merapi) *