Setelah Sultan HB VIII resmi bertahta menjadi raja, Ki Ageng Suryomentaram mencoba mengembalikan lagi gelar pangerannya.
Kali ini, permintaannya itu dikabulkan. Ki Ageng Suryomentaram lalu bukan lagi pangeran, dan harus keluar dari keraton.
Ki Ageng Suryomentaram lalu pindah ke Desa Bringin, Salatiga, Jawa Tengah.
Rumahnya di Yogyakarta kemudian menjadi lembaga pendidikan Tamansiswa.
Di Desa Bringin itulah Ki Ageng Suryomentaram dikenal sebagai 'orang pintar'.
Dia dikenal sebagai 'orang pintar' karena sering menolong orang yang sakit, atau sedang kesusahan.
Lama tinggal di Desa Bringin Salatiga, pemikiran filosofis Ki Ageng Suryomentaram terus menghantui.
Kemudian pada tahun 1927, Ki Ageng Suryomentaram merasa mendapat jawaban dari semua kegelisahannya. Dia pun kembali laku lelono.
Dia kemudian menyadari jika semua yang membuatnya merasa pedih, kecewa dan bahagia itu hanya karena ulah rasanya sendiri.
Sedangkan, sang aku dari rasa itu adalah dirinya sendiri.
Baca Juga: Forum Islami Remaja Masjid Al Fatah Nglahar Moyudan gelar outbond di Pakem Sleman, ini manfaatnya
Merasa mendapat jawaban, Ki Ageng Suryomentaram merasa lega.
Ternyata, selama ini dirinya dikuasai oleh perasaan dan hasrat. Ingin ini dan ingin itu.
Ki Ageng Suryomentaram merasa sudah mendapat kuncinya.