Dia merasa sangat ngeri atau singunen berada di atas kayu blandar, setinggi empat meter di atas permukaan lantai. Tidak hanya itu, baju dan celananya basah kuyub dengan bau kencing teramat sangat menyengat hidung.
Barno teringat akan tindakannya yang kelewatan, sengaja mengencingi tiang kayu di ruang belakang.
"Yah, aku yang salah, Pon. Wajar jika penghuni tiang kayu itu marah dan balas dendam mengencingi diriku," ujar Barno sembari turun dari kayu blandar melalui tangga bambu.
Dia menyesal akan tindakannya yang keladuk. (Seperti dikisahkan Andreas Seta RD di Koran Merapi) *