"Di tempat baru ini kami bisa nyewain studio, ada playground, kafe dan bisa buat event outdoor. Ada experience house di sana," ujarnya.
Potensi Pasar
Produk furnitur Uwitan didominasi kayu pinus dan rotan. Sejak awal Uwitan menjual produk yang tengah dicari dan digemari konsumen.
Selain dikemas menarik, produk furnitur Uwitan punya sesuatu yang dibutuhkan generasi muda saat ini yang cenderung menghargai value (nilai).
Apalagi Uwitan pintar menyasar kosumen yang hendak mengisi furnitur atau mempercantik dekorasi interior rumah yang lahannya tidak terlalu luas. Harga produknya dijual bervariasi dari Rp 30 ribu hingga Rp 12 juta.
"Ternyata pasarnya sangat besar," imbuh Aji yang kini mempekerjakan 15 karyawan.
Uwitan juga menggandeng banyak perajin yang tersebar di sejumlah wilayah seperti Tegal dan Cirebon.
Saat pandemi misalnya, produk terlaris Uwitan berupa aksesoris seperti cermin, dan pajangan untuk latar belakang orang melakukan rapat online.
Namun, setelah pandemi mulai mereda, permintaan kosumen cenderung mencari furnitur yang dibutuhkan untuk mengisi rumah seperti meja, kursi, kotak makanan dan lainnya.
Baca Juga: Tak mau dipecat dari Polri, begini perlawanan Ferdy Sambo
Aji mengakui, penjualan Uwitan terdongkrak berkat pemasaran yang dilakukan secara digital sejak 2017. Konsumen datang dari Papua, Aceh dan luar Jawa lainnya.
"Kendalanya saat itu ongkirnya, karena pakai kargo itu pasti mahal. Harga furnitur Rp 5 juta, ongkirnya bisa Rp 2 juta sendiri," sambungnya.
Namun setelah bergabung dengan market place, ongkir yang ditanggung kosumen cenderung lebih murah. Ini berkat adanya promo, subsidi ongkir dan dipilihnya Uwitan sebagai salah satu brand lokal yang menginspirasi UMKM serupa.
Kosultan Bisnis