Harga Bitcoin Merosot ke Bawah 40.000 Dolar, Inflasi AS Jadi Kekhawatiran Para Trader, Ini Faktanya

photo author
- Sabtu, 12 Maret 2022 | 12:34 WIB
Ilustrasi - Mata uang kripto, Bitcoin.  (ANTARA/Shutterstock)
Ilustrasi - Mata uang kripto, Bitcoin. (ANTARA/Shutterstock)

Sebagian besar ekonom memperkirakan Februari akan menjadi puncak inflasi tahunan. Namun, konflik geopolitik diperkirakan dapat memicu kenaikan inflasi lanjutan dalam beberapa bulan mendatang.

Kepala ekonom AS di Barclays PLc Michael Gapen mengatakan, kecil kemungkinan bahwa inflasi akan mulai melandai dan turun untuk beberapa bulan mendatang.

Baca Juga: Haram Sebagai Mata Uang, Namun Aset Kripto Sebagai Komoditas dengan Syarat Tertentu Sah Diperjualbelikan

“Hal ini menjadi panggung di mana kita berada sekarang. Dan kita perlu melihat berapa lama konflik ini dan bagaimana dampak sanksi [terhadap Rusia] terhadap perekonomian,” ungkap Michael melalui Bisnis.com, Kamis (10/3/2022).

Untuk melawan tekanan harga, Federal Reserve akan menaikkan suku bunga pekan depan untuk pertama kalinya sejak 2018.

Pada saat yang sama, situasi geopolitik menambah ketidakpastian pada siklus kenaikan suku bunga bank sentral hingga tahun mendatang.

Pejabat Fed dapat mengambil sikap yang lebih hawkish jika guncangan harga energi menyebabkan lonjakan inflasi yang bertahan lama, tetapi mereka juga dapat mengambil pendekatan yang lebih hati-hati jika penurunan sentimen konsumen dan penurunan upah riil mulai membebani pertumbuhan saat perang berlanjut.

Baca Juga: Tren Mata Uang Kripto Naik, KOINKU Segera Diluncurkan untuk Penuhi Kebutuhan Warga

Data inflasi Februari menunjukkan bahwa harga bensin naik 6,6 persen dari bulan sebelumnya dan menyumbang sekitar 30 persen dari inflasi. Lonjakan harga energi belum tercermin secara keseluruhan pada data kali ini karena invasi Rusia dimulai pada pekan terakhir Februari.

Namun, ekonom memperkirakan dampak keseluruhan akan terlihat dalam data CPI bulan Maret mendatang.

Sepanjang bulan ini, harga eceran bensin kelas reguler telah meningkat 19,3 persen menjadi US$4,32 per galon, menurut data American Automobile Association. Sementara itu, harga pangan naik 1 persen dari bulan sebelumnya, lonjakan terbesar sejak April 2020.*

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Herbangun Pangarso Aji

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

INSTAR Beri Pengakuan atas Praktik Keberlanjutan IFG

Selasa, 16 Desember 2025 | 18:40 WIB
X