JAKARTA,harianmerapi.com - mata uang kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) jatuh ke bawah 40.000 US Dolar pada Kamis (10/3/2022). Hal ini lantaran para trader mengambil sikap hati-hati sebelum data inflasi AS rilis.
Data itu yang kemungkinan menunjukkan lonjakan besar-besaran dalam indeks konsumen pada Februari.
Sehari sebelumnya, harga mata uang kripto Bitcoin sempat naik namun hanya bertahan sehari. Setelah sempat menembus 42.000 Dolar, harga mata uang kripto terbesar di dunia dari sisi market cap itu kembali merosot.
Berdasarkan data CoinMarketcap pada Kamis (10/3/2022) pukul 13.50 WIB, harga Bitcoin ada di 39.309,18 Dolar AS atau turun 5,34 persen dalam 24 jam terakhir. Sementara harga kripto Ethereum melorot 4,59 persen ke posisi 2.591,69 Dolar AS.
Kemudian, harga Solana merosot 6,39% menjadi 82,48 Dolar, harga Avalanche anjlok 7,47 persen ke 72,98 Dolar, harga Dogecoin turun 4,51 persen jadi 0,1161 Dolar, dan harga Shiba Inu turun 5,06 persen ke posisi 0,00002292 Dolar
Mengutip CoinGape, para trader mengambil sikap hati-hati sebelum data inflasi AS rilis yang kemungkinan menunjukkan lonjakan besar-besaran dalam indeks konsumen pada Februari.
Sejumlah pihak memperkirakan, inflasi AS bulan lalu mencapai 7,9 persen, llaju tercepat dalam hampir 40 tahun terakhir.
Lalu tren kenaikan inflasi negatif untuk harga Bitcoin dalam beberapa bulan terakhir, karena kecenderungan mata uang kripto tertua di dunia ini berperilaku seperti aset yang digerakkan oleh risiko.
Misalnya, harga Bitcoin merosot hampir 5% sebagai reaksi terhadap lonjakan inflasi AS pada Januari sebesar 7,5 persen.
Faktanya, laju inflasi Amerika Serikat (AS) kembali melonjak pada bulan Februari, bahkan menyentuh level tertinggi sejak 40 tahun terakhir.
Departemen Tenaga Kerja AS mencatat indeks harga konsumen atau Consumer Price Index (CPI) naik 7,9 persen secara year-on-year (yoy). Dibandingkan bulan Januari, CPI Februari naik 0,8 persen.
Sementara itu, CPI inti yang tidak termasuk komponen makanan dan energi yang mudah menguap, meningkat 0,5 persen dari bulan sebelumnya dan 6,4 persen yoy. Lonjakan inflasi ini dipicu oleh kenaikan harga bensin, makanan, dan tempat tinggal.
Baca Juga: Akun YouTube BNPB Diretas Jadi Mata Uang Kripto
Data menggambarkan sejauh mana inflasi semakin menekan ekonomi, bahkan sebelum perang Rusia-Ukraina menimbulkan lonjakan harga komoditas, termasuk harga bensin eceran yang mencapai level tertinggi sepanjang masa.