Harga Bitcoin Merosot ke Bawah 40.000 Dolar, Inflasi AS Jadi Kekhawatiran Para Trader, Ini Faktanya

photo author
- Sabtu, 12 Maret 2022 | 12:34 WIB
Ilustrasi - Mata uang kripto, Bitcoin.  (ANTARA/Shutterstock)
Ilustrasi - Mata uang kripto, Bitcoin. (ANTARA/Shutterstock)


JAKARTA,harianmerapi.com - mata uang kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) jatuh ke bawah 40.000 US Dolar pada Kamis (10/3/2022). Hal ini lantaran para trader mengambil sikap hati-hati sebelum data inflasi AS rilis.

Data itu yang kemungkinan menunjukkan lonjakan besar-besaran dalam indeks konsumen pada Februari.

Sehari sebelumnya, harga mata uang kripto Bitcoin sempat naik namun hanya bertahan sehari. Setelah sempat menembus 42.000 Dolar, harga mata uang kripto terbesar di dunia dari sisi market cap itu kembali merosot.

Berdasarkan data CoinMarketcap pada Kamis (10/3/2022) pukul 13.50 WIB, harga Bitcoin ada di 39.309,18 Dolar AS atau turun 5,34 persen dalam 24 jam terakhir. Sementara harga kripto Ethereum melorot 4,59 persen ke posisi 2.591,69 Dolar AS.

Baca Juga: CEO Indodax Oscar Darmawan Sarankan Investor Pemula Lakukan Riset Sederhana Sebelum Membeli Aset Kripto

Kemudian, harga Solana merosot 6,39% menjadi 82,48 Dolar, harga Avalanche anjlok 7,47 persen ke 72,98 Dolar, harga Dogecoin turun 4,51 persen jadi 0,1161 Dolar, dan harga Shiba Inu turun 5,06 persen ke posisi 0,00002292 Dolar

Mengutip CoinGape, para trader mengambil sikap hati-hati sebelum data inflasi AS rilis yang kemungkinan menunjukkan lonjakan besar-besaran dalam indeks konsumen pada Februari.

Sejumlah pihak memperkirakan, inflasi AS bulan lalu mencapai 7,9 persen, llaju tercepat dalam hampir 40 tahun terakhir.

Lalu tren kenaikan inflasi negatif untuk harga Bitcoin dalam beberapa bulan terakhir, karena kecenderungan mata uang kripto tertua di dunia ini berperilaku seperti aset yang digerakkan oleh risiko.

Baca Juga: Kripto Diprediksi Masih Naik di 2022 Gara-gara Faktor Metaverse, Ada MANA dan AXS yang Terdesentralisasi

Misalnya, harga Bitcoin merosot hampir 5% sebagai reaksi terhadap lonjakan inflasi AS pada Januari sebesar 7,5 persen.
Faktanya, laju inflasi Amerika Serikat (AS) kembali melonjak pada bulan Februari, bahkan menyentuh level tertinggi sejak 40 tahun terakhir.

Departemen Tenaga Kerja AS mencatat indeks harga konsumen atau Consumer Price Index (CPI) naik 7,9 persen secara year-on-year (yoy). Dibandingkan bulan Januari, CPI Februari naik 0,8 persen.

Sementara itu, CPI inti yang tidak termasuk komponen makanan dan energi yang mudah menguap, meningkat 0,5 persen dari bulan sebelumnya dan 6,4 persen yoy. Lonjakan inflasi ini dipicu oleh kenaikan harga bensin, makanan, dan tempat tinggal.

Baca Juga: Akun YouTube BNPB Diretas Jadi Mata Uang Kripto

Data menggambarkan sejauh mana inflasi semakin menekan ekonomi, bahkan sebelum perang Rusia-Ukraina menimbulkan lonjakan harga komoditas, termasuk harga bensin eceran yang mencapai level tertinggi sepanjang masa.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Herbangun Pangarso Aji

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

INSTAR Beri Pengakuan atas Praktik Keberlanjutan IFG

Selasa, 16 Desember 2025 | 18:40 WIB
X