SEORANG mahasiswa warga Wates Kulonprogo, RAS (18) boleh dibilang pria yang sangat lugu, ia innocence melamar perempuan idamannya yang ternyata sudah bersuami.
Menurut pengakuannya, ia sudah dua kali pacaran dengan perempuan warga Ngestiharjo Kasihan Bantul tersebut.
Saking lugunya, RAS mengungkapkan keinginannya itu di rumah sang pacar W Minggu lalu sekitar pukul 10.00. Ia ditemui seorang laki-laki yang ternyata suami sah W.
Baca Juga: Gugatan relawan PMI Kota Yogya terhadap Ketua PMI DIY Gusti Prabu tidak diterima
Tanpa rasa bersalah RAS mengungkapkan isi hatinya bahwa ia benar-benar mencintai W dan bermaksud menikahinya. Ia tidak tahu bahwa laki-laki di hadapannya adalah suami W.
Sejengkal kemudian, laki-laki tersebut, RPJN (24) pergi ke dapur mengambil pedang dan langsung membacok ke arah RAS hingga mengenai kepala dan tangan. RAS berhasil lari menyelamatkan diri dan ditolong penduduk setempat.
Atas kejadian tersebut, paman korban melapor ke polisi. Tidak butuh waktu lama, polisi langsung meringkus RPJN di kawasan Banyuraden Gamping Sleman.
Baca Juga: Prediksi dan statistik semifinal Piala Dunia 2022: Argentina vs Kroasia
Tindakan RAS memang terasa konyol, melamar perempuan bersuami di depan suami sahnya. Namanya saja tidak tahu, apa boleh buat. Namun, sebagai mahasiswa mestinya RAS mencari tahu status pacarnya.
Sebab, tidaklah mungkin seorang pria menikah dengan perempuan bersuami, karena di Indonesia tidak diizinkan perempuan menikah dengan dua pria atau lebih dalam waktu bersamaan.
Dalam bahasa populernya dikenal dengan istilah poliandri. Sedang di Indonesia justru membolehkan poligami (laki-laki beristri lebih dari satu perempuan), namun dengan persyaratan yang ketat.
Wajar saja bila RPJN selaku suami sah W marah lantaran istrinya dilamar RAS. Hanya saja tidak benar bila kemarahannya ia lampiaskan dengan membacok RAS. Boleh jadi RAS memang tidak tahu bahwa pacarnya itu telah bersuami. Lantas, bagaimana dengan W, apakah tidak berterus terang kepada RAS ?
Diduga kuat, W tidak jujur kepada RAS, sehingga terjadi miskomunikasi dengan sang suami, hingga terjadi pembacokan. W tak boleh lepas tangan seolah-olah tidak bersalah. Bahkan, boleh jadi, pangkal persoalan ada pada W yang seolah-olah masih single. Apalagi, mereka berkenalan lewat media sosial, banyak ungkapan yang tak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Kasus ini menjadi menarik, karena seorang mahasiswa melamar perempuan justru kepada suami orang yang dilamar. Terlepas tahu atau tidak, tindakan RAS sangatlah konyol. (Hudono)