Pendidikan Karakter

photo author
- Minggu, 20 Oktober 2019 | 20:41 WIB
C21OKT2019
C21OKT2019


-
ilustrasi

JUDUL di atas menjadi terasa sangat mendesak untuk diterapkan kepada para remaja, khususnya siswa sekolah mulai dari tingkat TK, SD, SMP hingga perguruan tinggi. Tema ini penting diangkat menyusul banyaknya kasus kenakalan remaja yang berimplikasi pada kematian. Contoh paling aktual di Sewon Bantul, seorang siswa SMP, Raditya Arthayoga tewas setelah dipukul temannya gara-gara masalah sepele, yakni berawal dari ejekan.

Kasus tersebut hingga sekarang kini masih menjadi bahan perbincangan masyarakat, khususnya di kalangan orangtua maupun pendidik. Atas kasus tersebut, sekolah tempat mereka belajar serta Dinas Pendidikan setempat akan menggalang kerja sama dengan semua pihak untuk meningkatkan program pendidikan karakter bagi siswa.

Mungkin ada yang beranggapan itu sudah terlambat karena sudah banyak kasus kekerasan yang melibatkan siswa. Namun, tentu lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Mungkin selama ini sekolah juga sudah membekali siswa dengan pendidikan karakter, namun rasanya belum cukup dan berhenti hanya pada teori.

Siswa butuh contoh konkret sehingga bisa mengamalkan pendidikan karakter yang diajarkan gurunya. Kiranya model pendidikan yang menyenangkan (fun), misalnya dengan bermain peran, simulasi dan sebagainya, jauh lebih mudah diterima siswa ketimbang hanya pelajaran konvensional yang cenderung monoton, apalagi bersifat satu arah.

Memang semua ini tidak otomatis menjamin siswa akan berperilaku terpuji dan tidak nakal. Sebab, selain pendidikan di sekolah, siswa juga butuh pendidikan di luar sekolah, di rumah misalnya. Dalam hal ini peran orangtua sangatlah penting untuk mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan kesantunan. Mereka juga akan melihat perilaku orang terdekatnya yang menjadi panutan, terutama orangtua.

Ada analisa bahwa kasus kekerasan yang terjadi di SMP Sewon itu bukan perkelahian, melainkan pemukulan oleh Mr karena diejek Raditya. Sebenarnya, antarsiswa saling ejek merupakan fenomena biasa. Namun kalau kemudian berlanjut dengan aksi kekerasan, bahkan hingga nyawa melayang, tentu menjadi sangat serius.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: admin_merapi

Rekomendasi

Terkini

'Ke-Empu-an' perempuan dalam Islam

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:00 WIB

Perlu penertiban pengamen di Jogja 

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:00 WIB

Begini jadinya bila klitih melawan warga

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:30 WIB

Juragan ikan ketipu perempuan, begini modusnya

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:00 WIB

Doa-doa mustajab dalam Al-Quran dan Al-Hadits

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:00 WIB

Pesan-pesan Al-Quran tentang menjaga kesehatan jiwa

Jumat, 19 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tasamuh dalam beragama

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan membaca dan tadabbur Al-Quran

Selasa, 16 Desember 2025 | 17:00 WIB

Manajemen hati untuk raih kebahagiaan sejati

Senin, 15 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tujuh kunci masuk ke dalam pintu Surga-Nya

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:00 WIB

Ngeri, pekerja tewas di septic tank, ini gara-garanya

Minggu, 14 Desember 2025 | 09:00 WIB

Pak Bhabin kok urusi kawin cerai

Minggu, 14 Desember 2025 | 08:30 WIB

Peran orang tua dalam pembentukan generasi berkualitas

Sabtu, 13 Desember 2025 | 17:00 WIB

Waspadai bukti transfer palsu

Jumat, 12 Desember 2025 | 12:30 WIB
X