Enam Strategi Internalisasi Nilai-nilai Religiusitas dalam Rangka Pembentukan Karakter Anak

photo author
- Rabu, 15 Juni 2022 | 05:30 WIB
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si. (Dok. Pribadi)
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si. (Dok. Pribadi)

harianmerapi.com - Nilai-nilai religiusitas merupakan kebutuhan internal anak-anak semenjak usia dini dan mereka juga berhak untuk memperoleh pendidikan yang baik, terutama pendidikan religiusitas (keagamaan).

Orangtua berkewajiban memberikan pendidikan yang sebaik-baiknya, terutama pendidikan keagamaan agar anak-anak ketika mencapai kedewasaannya memiliki fondasi moral dan agama yang tangguh dan komprehensif.

Penanaman nilai-nilai religiusitas sejak dini dipandang sebagai upaya untuk mengubah tingkah laku anak dengan menggunakan bahan atau materi yang terkandung di dalam ajaran agama itu sendiri.

Baca Juga: Pemimpin yang Zalim 77: Disulut Api Cemburu Melihat Wanita Pujaan Digandeng Pria Lain

Para ahli pendidikan menjabarkan ada enam strategi di dalam melalukan internalisasi nilai-nilai religiusitas dalam rangka membantuk karakter anak;

Pertama, keteladanan. Keteladanan memiliki nilai yang sangat penting dalam pendidikan religiusitas.

Memperkenalkan peri laku yang baik melalui keteladanan sama halnya dengan memahami sistem nilai dalam bentyuk yang nyata.

Strategi dengan keteladanan adalah internalisasi nilai-nilai religiusitas dengan memberikan contoh kongkrit kepada anak-anak yang sedang berkembang menuju kedewasaannya.

Kedua, Pembiasaan. Pembiasaan adalah perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi mudah untuk dikerjakan.

Mendidik dengan strategi pengulangan dan pembiasaan adalah mendidik dengan cara memberikan latihan-latihan dan membiasakan untyuk dilakukan setiap hari.

Baca Juga: Empat Sifat Nabi Muhammad SAW yang Sangat Terpuji, Salah Satunya Amanah

Apabila anak didik dibiasakan untuk memiliki karakter yang mulia sejak usia dini, maka karakter yang baik itu akan mempribadi daklam arti akan dimilikinya secara lebih kuat dan relatif permanen.

Ketiga, Ibrah dan amtsal. Yang dimaksud dengan ibrah (mengambil pelaharan) dan amtsal (perumpamaan) adalah mengambil pelajaran dari beberapa kisah teladan,

fenomena, peristiwa-peristiwa yang terjadi baik kejadian di masa lampau maupun masa kini.

Dari sini diharapkan anak akan dapat mengambil hikmah yang terjadi dalam suatu peristiwa, baik peristiwa yang berupa musibah maupun engalaman-pengalaman hidup yang lain.

Halaman:

Artikel Selanjutnya

Pendidikan Keluarga Luqman

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

'Ke-Empu-an' perempuan dalam Islam

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:00 WIB

Doa-doa mustajab dalam Al-Quran dan Al-Hadits

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:00 WIB

Pesan-pesan Al-Quran tentang menjaga kesehatan jiwa

Jumat, 19 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tasamuh dalam beragama

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan membaca dan tadabbur Al-Quran

Selasa, 16 Desember 2025 | 17:00 WIB

Manajemen hati untuk raih kebahagiaan sejati

Senin, 15 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tujuh kunci masuk ke dalam pintu Surga-Nya

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:00 WIB

Peran orang tua dalam pembentukan generasi berkualitas

Sabtu, 13 Desember 2025 | 17:00 WIB

Lima pinsip dasar perlindungan HAM dalam Islam

Kamis, 11 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketakwaan

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:00 WIB

HAM dalam perspektif Islam

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:00 WIB

Membangun keluarga samara dalam Al-Quran dan Sunnah

Sabtu, 6 Desember 2025 | 17:00 WIB

Sepuluh sifat istri shalehah pelancar nafkah suami

Kamis, 4 Desember 2025 | 17:00 WIB

Rahasia keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW

Sabtu, 29 November 2025 | 17:00 WIB

Sembilan kekhasan dan keunikan masa remaja

Jumat, 28 November 2025 | 17:00 WIB
X