WARGA Kalasan dihebohkan dengan aksi bakar diri atau lebih dikenal dengan istilah pati obong yang menimpa seorang perempuan TH (38) Selasa lalu. Tak ada yang menyangka perempuan tersebut bakal nekat bunuh diri dengan cara sangat tragis.
Keluarga atau kerabat korban terlambat memberi pertolongan sehingga nyawa TH tak bisa diselamatkan.
Diduga kuat korban mengalami gangguan jiwa, sehingga berbuat yang aneh-aneh. Awalnya, korban membeli bensin Rp 110 ribu di kios bensin tetangga. Bensin senilai Rp 10 ribu dimasukkan ke dalam tanki motornya, sedang bensin Rp 100 ribu ia masukkan ke dalam ember.
Baca Juga: Ngaku Gak Mampu Biaya Laura Anna, Ibu Gaga Muhammad Tenteng Tas Guci Puluhan Juta
Ketika keluarganya menanyakan untuk apa bensin tersebut, korban tidak menjawab dan langsung masuk kamar.
Diduga setelah masuk kamar, ia langsung menyiramkan bensin yang ada di ember kemudian menyulutnya. Keluarga sangat kaget dan tak mengira korban berbuat senekat itu. Meski telah berusaha memberi pertolongan dengan alat seadanya, nyawa korban tidak bisa tertolong ketika dibawa ke rumah sakit. Korban mengalami luka bakar sangat parah.
Polisi masih melakukan penyelidikan terkait motif TH melakukan pati obong. Walaupun secara hukum kasus ditutup lantaran pelaku yang sekaligus korban meninggal, namun polisi tetap perlu melakukan penyelidikan terkait motif korban bunuh diri.
Baca Juga: Tanpa Alasan Jelas Dua Remaja Membunuh Seorang Remaja di Bekasi, Pelaku Berhasil Ditangkap Polisi
Kalau sudah demikian, keluarga tentu tak bisa berbuat apa-apa dan hanya menerima dengan ikhlas kejadian itu sebagai musibah. Padahal, sebenarnya, bila antisipasi dilakukan cepat mungkin korban masih bisa diselamatkan. Sederhananya, orang membawa bensin di dalam ember saja sudah tak wajar. Pasti ada yang tidak beres dengan orang tersebut. Membawa bensin dengan ember sangat tidak lazim dan mencurigakan.
Dalam situasi demikian, keluarga seharusnya mengambil langkah cepat untuk mengantisipasi, minimal terus mengawasi gerak-gerik korban agar tidak nekat. Tapi nampaknya tindakan keluarga terlambat karena hanya sekadar menanyakan bensin tersebut akan digunakan untuk apa. Membawa bensin ke dalam kamar pun tidaklah wajar.
Semua memang sudah terlambat, korban meninggal dengan cara tragis. Kalau mau jujur, kejadian tersebut tak lepas dari peran keluarga. Seseorang yang mengalami depresi maupun gangguan jiwa sangat butuh pendampingan dan perawatan intensif.
Baca Juga: Wisatawan Hilang Ditemukan Mengapung, Jasad Radinka Hanyut 1 KM di Muara Pantai Glagah Kulon Progo
Orang yang mengalami depresi tingkat tinggi harus dirawat di rumah sakit guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti pada kasus di atas.
Ini bukan sekadar persoalan hukum, melainkan juga masalah sosial kemasyarakatan. Cara mencegah agar kejadian serupa tak terulang, harus ada kepedian keluarga dan masyarakat sekitar. Jangan biarkan orang depresi menanggung derita sendirian tanpa ada pertolongan orang lain, terutama keluarga. (Hudono)