mimbar

Bertaubat dengan Sepenuh Hati, Ini Lima Syaratnya

Senin, 23 Agustus 2021 | 06:16 WIB
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si. (Istimewa)

SECARA bahasa, taubat bermakna kembali, artinya seseorang telah kembali kepada Allâh Subhanahu Wa Ta’ala dengan melepaskan hati dari belenggu yang membuatnya terus-menerus melakukan dosa kemudian melaksanakan semua hak-hak Allâh Azza wa Jalla.

Sedangkan secara Syar’i, taubat adalah meninggalkan dosa karena takut pada Allâh, menganggapnya buruk, menyesali perbuatan maksiatnya, bertekad kuat untuk tidak mengulanginya, dan memperbaiki apa yang mungkin bisa diperbaiki kembali dari amal dan perbuatannya.

Hakikat taubat yaitu perasaan hati yang menyesali perbuatan dosa dan maksiat yang sudah dilakukan, kemudian mengarahkan hati kepada-Nya pada sisa usianya serta menahan diri dari dosa dan maksiat. Melakukan amal shaleh dan meninggalkan larangan-larangan-Nya adalah wujud nyata dari taubat sepenuh hati.

Seorang muslim akan berusaha terus melakukan hal itu agar rasa takut (khauf) dan pengharapan (raja’) kepada Allâh semakin menguat dalam hatinya.

Baca Juga: Dibutuhkan Mentalitas Berkelimpahan untuk Keluar dari Masa-masa Sulit Menghadapi Corona

Taubat yang diperintahkan Allâh Azza wa Jalla adalah taubat nasuha (yang tulus) yang mencakup lima syarat; Pertama, hendaklah taubat itu dilakukan dengan ikhlas dan sepenuh hati, artinya taubat yang mendorong seseorang untuk meningkatkan kecintaannya kepada Allâh Azza wa Jalla, pengagungannya terhadap Allâh, harapannya untuk pahala disertai rasa takut akan tertimpa musibah sebagai suatu adzab dari-Nya.

Ia tidak menghendaki dunia sedikitpun dan juga bukan karena ingin dekat dengan orang-orang tertentu. Jika ini yang dia inginkan maka taubatnya tidak akan diterima di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Karena ia belum bertaubat kepada Allâh Azza wa Jalla
namun ia bertaubat demi mencapai tujuan-tujuan dunia yang dia inginkan.

Kedua, menyesali serta merasa sedih atas dosa yang pernah dilakukan, sebagai bukti penyesalan yang sesungguhnya kepada Allâh dan luluh di hadapan-Nya serta murka pada hawa nafsunya sendiri yang terus membujuknya untuk melakukan keburukan. Taubat seperti ini adalah taubat yang benar-benar dilandasi akidah, keyakinan dan ilmu.

Ketiga, bersegera untuk berhenti dari perbuatan maksiat yang dia lakukan. Jika maksiat atau dosa itu disebabkan karena ia melakukan sesuatu yang diharamkan, maka dia langsung meninggalkan perbuatan haram tersebut seketika itu juga. Jika dosa atau maksiat akibat meninggalkan sesuatu yang diwajibkan, maka dia bergegas untuk melakukan yang diwajibkan itu seketika itu juga.

Baca Juga: Membangun Sifat Syaja’ah dalam Kehidupan Sehari-hari

Sebagai contoh, apabila dosa atau maksiat itu dengan sebab ghîbah (menggunjing) terhadap sesama, maka ia wajib meminta maaf kepada orang yang digunjingnya itu, bila yang di-ghibah tahu, atau ia khawatir orang yang digunjing akan tahu. Jika tidak, maka cukup baginya dengan memohonkan ampunan untuk orang yang digunjing dan memujinya di tempat ia menggunjingnya dahulu.

Karena sesungguhnya perbuatan baik akan menghilangkan keburukan. Kebaikan-kebaikan yang dilakukan akan menutupi keburukan-keburukan yang pernah dilakukan, dan akan semakin mendekatkan dirinya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Keempat, bertekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut sekaerang ini maupun di masa yang akan datang. Karena ini merupakan buah dari taubatnya dan sebagai bukti kejujuran pelakunya.

Jika ia mengatakan telah bertaubat, namun ia masih bertekad untuk melakukan maksiat itu lagi di suatu hari nanti, maka taubatnya saat itu belum benar. Karena taubatnya hanya sementara (taubat sambal), si pelaku maksiat ini hanya sedang mencari momen yang tepat saja.

Baca Juga: Menggapai Kebermaknaan Hidup Era Pandemi Covid-19

Halaman:

Tags

Terkini

'Ke-Empu-an' perempuan dalam Islam

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:00 WIB

Doa-doa mustajab dalam Al-Quran dan Al-Hadits

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:00 WIB

Pesan-pesan Al-Quran tentang menjaga kesehatan jiwa

Jumat, 19 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tasamuh dalam beragama

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan membaca dan tadabbur Al-Quran

Selasa, 16 Desember 2025 | 17:00 WIB

Manajemen hati untuk raih kebahagiaan sejati

Senin, 15 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tujuh kunci masuk ke dalam pintu Surga-Nya

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:00 WIB

Peran orang tua dalam pembentukan generasi berkualitas

Sabtu, 13 Desember 2025 | 17:00 WIB

Lima pinsip dasar perlindungan HAM dalam Islam

Kamis, 11 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketakwaan

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:00 WIB

HAM dalam perspektif Islam

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:00 WIB

Membangun keluarga samara dalam Al-Quran dan Sunnah

Sabtu, 6 Desember 2025 | 17:00 WIB

Sepuluh sifat istri shalehah pelancar nafkah suami

Kamis, 4 Desember 2025 | 17:00 WIB

Rahasia keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW

Sabtu, 29 November 2025 | 17:00 WIB

Sembilan kekhasan dan keunikan masa remaja

Jumat, 28 November 2025 | 17:00 WIB