PADA umumnya, manusia tidak mengetahui hikmah di balik suatu peristiwa dan kejadian, temasuk ujian Covid-19 yang sedang kita rasakan saat ini. Yang mereka ketahui dan rasakan hanyalah realitas yang nampak dan kasat mata saja.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala: “(Sebagai) janji yang sebenarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai”. (QS. Ar-Rum, 30: 6-7).
Juga Firman-Nya: “Ketahuilah, bahwa sesungguhanya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara akamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. (QS. Al-Hadid, 57:20).
Baca Juga: PBNU Imbau Pengurus Masjid Makmurkan Rumah Ibadah, Sebagai Upaya Untuk Menanggulangi Covid-19
Apabila manusia dalam kesehariannya hanya menyibukkan diri demi kepentingan dan kesenangan dunia semata, maka mereka benar-benar menjadi orang-orang yang merugi baik ketika hidup di dunia sekarang ini, apalagi di akhirat kelak. Mereka tidak dapat mengambil
hikmah di balik suatu kejadian.
Covid-19 ternyata memberikan beberapa pembelajaran bagi orang-orang yang berfikir. Berikut ini disampaikan beberapa cara memaknai Covid-19 agar bermanfaat bagi hidup kita di dunia dan juga di akhirat.
Pertama, Islam mengajarkan hidup adalah untuk beribadah. Firman Allah SWT: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (QS. Adz-Dzariyaat, 51 :56).
Baca Juga: MES DIY Galang Donasi untuk Shelter-shelter di DIY
Ibadah yang dimaksudkan dalam ayat ini bukanlah semata-mata berbentuk kegiatan ritual semata, karena ibadah dalam pandangan Islam dalam maknanya yang luas tidak hanya mencakup ibadah ritual belaka, melainkan terkait dengan semua kegiatan hidup sehari-hari yang diridhai oleh Allah SWT. Ada ibadah mahdhah, yang tata cara atau kaifiatnya sudah diatur secara pasti dan ibadah ghairu mahdhah, yakni segala aktifitas yang dikerjakan oleh orang-orang yang beriman dalam rangka mendekatkan diri kepada-Nya.
Kedua, menjalin hubungan yang baik dengan Allah dan sesama manusia, sebagaimana Firman-Nya: “Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas”.
(QS. Ali Imran, 3:112).
Merupakan suatu keharusan mutlak bagi setiap muslim untuk menjalin hubungan baik dengan Allah dan sesama manusia, sehingga setiap saat merasa dekat dengan-Nya. Bila hubungan itu sudah terasa dekat, maka di mana pun berada, kemana pun pergi dan bagaimana pun situasi dan kondisi yang dihadapinya, seorang muslim akan selalu merasa diawasi oleh-Nya. Kalau perasaan ini sudah tertanam pada jiwa manusia, maka dia tentu tidak berani menyimpang dari jalan-Nya, dan senantiasa menjaga hubungan yang baik dengan sesama manusia, bahkan dengan lingkungan sekitarnya.
Baca Juga: Petani Tembakau Temanggung Berharap Panen Tahun Ini Terserap
Ketiga, memanfaatkan waktu untuk senantiasa berada di jalan kebenaran dan penuh kesabaran. Waktu merupakan bagian tak terpisahkan dalam kehidupan manusia, namun banyak yang mengabaikan pemanfaatannya dengan cerdas. Waktu yang diberikan kepada seseorang sepanjang hidupnya merupakan amanah yang perlu dijaga dan dimanfaatkan untuk berbuat taat kepada-Nya.
Karena pentingnya pemanfaatan waktu secara bijaksana, maka Allah bersumpah dalam Al-Quran dengan firman-Nya: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (QS. al-‘Ashr, 103:1-3). Semoga kita sekalian ditakdirkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagai orang-orang yang dapat mengisi kehidupan di dunia ini dengan penuh keimanan, kesabaran, dan ketakwaan. Aamiin. *