mimbar

Tujuh penghambat kebahagiaan keluarga, di antaranya hidupnya jauh dari tuntunan agama

Jumat, 4 Agustus 2023 | 19:47 WIB
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si. (Dokumen Pribadi)

HARIAN MERAPI - Setidaknya ada tujuh penghambat kebahagiaan keluarga, yang mana di antaranya adalah hidupnya jauh dari tuntunan agama.

Keluarga adalah bagian dari hidup yang sangat penting posisinya pada diri seseorang. Keluarga bahagia dan sejahtera merupakan dambaan setiap insan yang membangun bahtera keluarga.

Keharmonisan keluarga adalah bila mana seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai oleh berkurangnya ketegangan, kekecewaan, dan puas terhadap seluruh keadaan dan keakraban dirinya (eksistensi aktualisasi diri) yang meliputi aspek fisik, mental, emosi dan sosial.

Baca Juga: Mutasi jajaran Polresta Sleman, AKP Made Wira Suhendra, Jabat Kasat Reskrim Polresta Sleman

Memiliki hubungan keluarga harmonis dapat membuat anak merasa aman dan dicintai. Tak hanya itu, keharmonisan dalam keluarga juga mampu membuat kehidupan terasa lebih baik.

Kehangatan dan kasih sayang satu sama lain menjadi salah satu ciri dari keluarga harmonis.

Setiap orang yang membangun keluarga tentunya menginginkan kebahagiaan. Untuk itu, agar mencapai kebahagiaan keluarga perlu juga memahami berbagai hal yang menjadi kendala atau penghambat diperolenya kebahagiaan keluarga.

Prof. Dr. H. Achmad Mubarok, MA dalam bukunya yang berjudul “Psikologi Keluarga”, menjelaskan sedikitnya ada tujuh penghambat kebahagiaan keluarga; yaitu:

Pertama, keluarga yang hidup jauh dari agama. Agama adalah tuntunan hidup untuk kebahagiaan yang sejati.

Orang yang patuh mengikuti aturan agama, meskipun tidak pandai atau tidak kaya dijamin perjalanan hidupnya tidak menyimpang jauh dari rel kebenaran.

Baca Juga: Tol Getaci secara bertahap bisa terkoneksi hingga Yogya, berikut perkiraan waktunya

Orang yang hidupnya jauh dari tuntunan agama akan mudah tertipu oleh sesuatu yang disanhkanya akan mengantarkan kepada ketenangan dan kebahagiaan, namun ternyata hidupnya tertipu oleh kepalsuan.

Kedua, akidah yang keliru atau sesat. Misalnya orang-orang yang pdercaya kepada kekuatan batin, magic dan sejenisnya.

Bimbingan “orang pintar” dan sejenisnya ketika menghadapi masalah keluarga bukan saja tidak rasional, juga akan menyesatkan orang yang mempercayainya. Kembalilah kepada Allah SWT ketika mengjadapi suatu permasalahan keluarga.

Ketiga, mengkonsumsi makanan yang tidak halalan thayyiban.

Halaman:

Tags

Terkini

'Ke-Empu-an' perempuan dalam Islam

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:00 WIB

Doa-doa mustajab dalam Al-Quran dan Al-Hadits

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:00 WIB

Pesan-pesan Al-Quran tentang menjaga kesehatan jiwa

Jumat, 19 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tasamuh dalam beragama

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan membaca dan tadabbur Al-Quran

Selasa, 16 Desember 2025 | 17:00 WIB

Manajemen hati untuk raih kebahagiaan sejati

Senin, 15 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tujuh kunci masuk ke dalam pintu Surga-Nya

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:00 WIB

Peran orang tua dalam pembentukan generasi berkualitas

Sabtu, 13 Desember 2025 | 17:00 WIB

Lima pinsip dasar perlindungan HAM dalam Islam

Kamis, 11 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketakwaan

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:00 WIB

HAM dalam perspektif Islam

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:00 WIB

Membangun keluarga samara dalam Al-Quran dan Sunnah

Sabtu, 6 Desember 2025 | 17:00 WIB

Sepuluh sifat istri shalehah pelancar nafkah suami

Kamis, 4 Desember 2025 | 17:00 WIB

Rahasia keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW

Sabtu, 29 November 2025 | 17:00 WIB

Sembilan kekhasan dan keunikan masa remaja

Jumat, 28 November 2025 | 17:00 WIB