HARIAN MERAPI - Pernyataan keimanan seorang muslim, secara formal diformulasikan dengan pengucapan lafadz laa ilaha illallah (tidak ada Tuhan selain Allah SWT), yang merupakan bagian pertama dan utama dari syahadat.
Lafadz ini merupakan salah satu dari kalimat yang mengandung makna kebaikan. Karena itu, kalimat itu sering juga disebut dengan kalimah thayyibah (kata-kata yang bagus).
Kalimat thayyibah ini mengandung lafadz yang sederhana, tetapi memiliki makna yang sangat dalam.
Baca Juga: Ganggu pengendara lalu lintas, Satpol PP Sleman jaring 12 pengamen jalanan
Karena begitu dalamnya, maka Nabi menegaskan dalam sabdanya bahwa barang siapa di saat menjelang meninggal mampu mengucapkan kalimah thayyibah, maka ia akan meninggal dengan husnul khatimah atau meninggal dalam keadaan yang baik.
Terdapat beberapa pengertian yang dapat diambil dari kalimat laa ilaaha illallah, yaitu:
Pertama, persaksian bahwa hanya Allah SWT, Tuhan yang wajib dicintai, disembah,
diutamakan dan tempat berlindung.
Dengan mengucapkan kalimat tersebut, berarti kita memperbaharui persaksian yang telah kita ikrarkan sewaktu masih ada di dalam rahim ibu.
Allah SWT menegaskan dalam Alquran: "Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (QS. Al-A'raf, 7:172).
Kedua, membebaskan manusia dari segala keterikatan dengan selain Allah SWT.
Dengan mengucapkan kalimat thayyibah, berarti kita membebaskan diri dari keterikatan dalam bentuk apapun dengan selain Allah SWT.
Baca Juga: Pertemuan dengan Sandiaga Uno, Jokowi : Ndak ada pembicaraan soal politik
Wujud keterikatan itu adalah kita tidak pernah merasa takut atau tunduk kepada selain Allah; apakah terhadap jin, syetan, raja, penguasa, batu, kayu, matahari, bulan, bintang, dan benda-benda lain yang dianggap ampuh (memiliki kekuatan).
Sebab, semua makhluk atau benda-benda itu ciptaan Allah, jadi statusnya sebenarnya sama dengan kita, yaitu sama-sama makhluk Allah.
Ketiga, mempersamakan diri di tengah makhluk seisi alam. Semua manusia adalah
sama. Manusia dan benda-benda alam, seperti; tumbuh-tumbuhan, binatang, ikan, air, batu, dan sebagainya adalah sama.
Karena itu, dengan sesama makhluk tidak dibenarkan atau tidak etis saling menyakiti, bertindak sewenang-wenang, saling mencelakakan, saling memperlakukan tidak adil dan tindakan-tindakan lain yang merugikan sesamanya.