MEMBANGUN komunikasi dalam keluarga sangatlah penting demi keutuhan dan keharmonisan keluarga. Berbagai persoalan dalam keluarga dapat dibicarakan secara baik-baik, termasuk ketika ada salah satu anggota keluarga mengalami masalah.
Intinya, berbagai hal dapat diantisipasi sedini mungkin sehingga kondisinya tidak semakin parah, sebaliknya menemukan solusi yang tepat.
Beberapa hari lalu, seorang kakek, SW (78) ditemukan tewas gantung diri di kawasan Umbulharjo Kota Yogya. Korban ditemukan oleh anaknya, YT, dalam kondisi tergantung di rumahnya. Kejadian itu kemudian dilaporkan ke pengurus kampung dan diteruskan ke polisi. Tidak ditemukan tanda-tanda penganiayaan pada tubuh korban.
Baca Juga: Korban Meninggal Akibat Longsor Cilacap Bertambah Jadi 13 Orang
Mengapa SW nekat mengakhiri hidup dengan cara sangat tragis ? Padahal malam hari sebelum kejadian, SW masih berbincang dengan anggota keluarga. Tak ada yang mengira bila pada pagi harinya SW mengakhiri hidup. Lantas, apa yang jadi penyebab SW berbuat nekat ? Berdasar keterangan saksi, korban pernah mengeluh pegal-pegal di badan. Apakah rasa sakit ini sebagai pemicu bunuh diri ? Masih harus didalami.
Diduga komunikasi antara SW dengan anggota keluarga lainnya kurang baik, sehingga segala keluhan yang mengganggu hidupnya tidak muncul saat ngobrol. Mungkin SW hanya memendam atau tak mengungkapkan keluhan kepada keluarganya. Tahu-tahu, sudah ditemukan dalam keadaan meninggal. Nasi memang telah menjadi bubur. Kasus ini sekaligus menambah daftar panjang kasus bunuh diri di DIY.
Selama ini, Gunungkidul dikenal sebagai daerah yang paling banyak kasus bunuh diri. Hampir setiap bulan pasti ada kasus bunuh diri. Penyebab umumnya, sakit yang tak kunjung sembuh, terbelit utang maupun asmara. Untuk hal yang disebut terakhir ini, nampaknya sudah jarang terjadi, paling banyak alasan sakit dan faktor ekonomi.
Baca Juga: Akhiri Penantian 28 Tahun, Norwegia Lolos ke Piala Dunia 2026
Bahkan, meski sudah dibentuk Satgas Antibunuh diri, nyatanya kasusnya tetap ada dan belum ada perubahan signifikan. Sebaiknya pemerintah daerah melakukan pendekatan kepada warganya, terutama mereka yang secara ekonomi masih lemah, agar tidak neko-neko, termasuk mengambil langkah mengakhiri hidup. Bunuh diri bukanlah penyelesaian masalah, bahkan menimbulkan masalah baru.
Sementara di Kota Yogya, kasusnya relatif sedikit dibanding lainnya. Namun ini bukan berarti tak ada persoalan, karena potensi itu tetap ada, sehingga harus terus dilakukan upaya pembinaan mental, baik melalui forum-forum pengajian maupun forum lainnya. (Hudono)