Tips atasi ide bunuh diri pada remaja

photo author
- Minggu, 21 September 2025 | 20:55 WIB
RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda, Kalimantan Timur membuka layanan telepon konsultasi kejiwaan anti bunuh diri.  (ANTARA/Ahmad Rifandi)
RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda, Kalimantan Timur membuka layanan telepon konsultasi kejiwaan anti bunuh diri. (ANTARA/Ahmad Rifandi)

HARIAN MERAPI - Ide bunuh diri kerap muncul pada kalangan remaja sebagai dampak dari berbagai tekanan mental yang dialami.

Lalu bagaimana cara untuk mencegah hal itu? Berikut tips dari Psikiater Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Atma Husada Mahakam Samarinda, Kalimantan Timur dokter Sri Purwatiningsih.

"Jangan sampai menunggu dia mewujudkan itu (bunuh diri), jadi kalau sudah ada pikiran-pikiran bunuh diri sebaiknya harus langsung berobat," kata Sri di Samarinda, Minggu (21/9/2025).

Ia pun mendorong para orang tua untuk lebih peka terhadap perubahan perilaku anak yang menjadi gejala depresi, seperti wajah yang selalu tampak sedih, kehilangan minat pada hobi, serta mudah lelah.

Menurut Sri, penanganan sejak dini dengan berkonsultasi kepada ahli dapat mencegah kondisi mental remaja memburuk hingga ke tahap yang mengancam nyawa.

Baca Juga: Seberapa penting TNI tambah alutsista baru? Begini jawaban Panglima TNI

"Komunikasi yang terbuka dan dukungan penuh dari keluarga menjadi fondasi terpenting bagi remaja untuk membangun mekanisme pertahanan diri yang lebih sehat dalam menghadapi tekanan," jelas Sri seperti dilansir Antara.

Ia menegaskan bahwa munculnya pikiran atau adanya percobaan bunuh diri merupakan kondisi gawat darurat dalam dunia psikiatri yang harus segera mendapatkan penanganan medis.

Sri menyoroti kesadaran remaja di Samarinda untuk mencari bantuan profesional sudah mulai meningkat, terbukti banyak dari mereka yang datang atas inisiatif sendiri untuk berkonsultasi.

Lebih lanjut, dia menjelaskan pula bahwa tindakan melukai diri sendiri (self harm) merupakan mekanisme keliru yang dipilih remaja untuk meredakan perasaan sedih, cemas, atau marah yang tidak bisa mereka ungkapkan.

Perilaku ini menjadi jalan keluar sesaat bagi mereka yang tidak bisa mengungkapkan emosinya secara sehat karena berbagai faktor, salah satunya pola asuh yang salah sejak kecil.

Baca Juga: DV jadi korban penganiayaan orang tidak dikenal di Terban

Sri membedakan antara perilaku melukai diri dengan bunuh diri, di mana hal tersebut tidak selalu bertujuan mengakhiri hidup, melainkan untuk mencari ketenangan dari gejolak emosi.

Namun, ia mengingatkan jika kondisi kejiwaan yang mendasarinya seperti depresi tidak ditangani secara serius, maka ide bunuh diri bisa muncul sebagai tahap selanjutnya yang lebih membahayakan.

Penyebabnya pun beragam, mulai dari gangguan jiwa seperti depresi dan cemas, faktor lingkungan seperti perundungan di sekolah, hingga riwayat genetik dalam keluarga.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Widyo Suprayogi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X