HARIAN MERAPI - Agresivitas siswa menunjukan kenaikan yang siginifikan akhir-akhir ini.
Agresivitas merupakan perilaku yang ditujukan untuk memberikan rasa sakit, menyerang atau merusak benda-benda yang bertujuan untuk pertahanan diri maupun akibat dari rasa tidak puas.
Agresivitas sebagai perilaku yang dilakukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak ingin perilaku tersebut muncul.
Baca Juga: Minim Peserta Didik, Tiga SMPN di Sukoharjo Tidak Ikut SPMB Online 2025/2026
Berikut ini di antara bentuk-bentuk agresi yang perlu diwaspadai, yakni terdapatnya kontak fisik yang merugikan, seperti merusak, memukul, menendang, hingga menusuk orang lain.
Perilaku agresif di kalangan anak-anak di sekolah dapat terjadi akibat faktor pemicu yang berbeda-beda. Sejarah masa lalu seseorang dan psikologi anak adalah dua faktor penting dalam membicarakan tentang penyebab perilaku agresif di sekolah/madrasah.
Dalam konteks gertakan/perundungan (bullying), sistem pemerintahan suatu negara yang direfleksikan dalam bentuk hukum/aturan maupun budaya di tingkat masyarakat, sistem tata kelola yang baik dan bersih (good and clean governance) sekolah dan sistem dalam keluarga mempengaruhi tingkat agresivitas anak-anak di sekoloah/madrasah.
Sekolah/Madrasah memiliki peran sentral atas terjadinya perilaku agresif anak-anak dan remaja. Hal ini terjadi karena sudah menjadi tradisi di sekolah/madrasah, bahwa pihak sekolah merasa hal itu sesuatu yang lumrah terjadi dan akan selalu terjadi di sekolah.
Baca Juga: Jelang Hari Bhayangkara ke-79, Polres Sukoharjo terima Penghargaan Polri
Dalam hal ini pihak sekolah tidak peduli, menganggap biasa, toleran, dan tidak mengambil kebijakan apapun untuk mengurangi dan menghilangkan perilaku agresif yang terjadi.
Sekolah/Madrasah melakukan pembiaran (omission) atas agresivitas yang dilakukan siswa-siswinya dengan berbagai macam alasan dan sebab. Meskipun sudah ada upaya untuk mencegahnya, namun dipandang masih kurang maksimal.
Mengingat agresivitas di sekolah terjadi tanpa/menghindari sepengetahuan pihak sekolah, maka perilaku agresif akan membesar tanpa sepengetahuan sekolah.
Faktor sekolah lain yang berpengaruh terhadap munculnya agresivitas pelajar adalah faktor kepemimpinan kepala sekolah, karena kepala sekolah adalah orang yang paling bertanggungjawab dalam keseluruhan kegiatan di sekolah.
Baca Juga: Pasangan terlibat judol, begini cara komunikasi yang efektif menurut psikolog
Fungsi kepala sekolah sebagai manajer di sekolah mengelola sekolah mulai dari perencanaan program kerja sekolah, mengelola dan mendayagunakan Sumber Daya Manusia (SDM) ataupun sarana prasarana yanga ada, melaksanakan program yang telah dirancang bersama, mengontrol dan mengevaluasi pelaksanaan program sekolah.