mimbar

Penanaman nilai-nilai religiusitas anak dalam keluarga

Jumat, 13 Juni 2025 | 17:00 WIB
Ilustrasi Penanaman nilai-nilai religiusitas anak dalam keluarga (Dok. Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si.)

HARIAN MERAPI - Nilai-nilai religiusitas merupakan kebutuhan internal anak-anak semenjak usia dini dan mereka juga berhak untuk memperoleh pendidikan yang baik, terutama pendidikan religiusitas (keagamaan).

Orang tua berkewajiban memberikan pendidikan yang sebaik-baiknya, terutama
pendidikan keagamaan agar anak-anak ketika mencapai kedewasaannya memiliki fondasi moral dan agama yang tangguh dan komprehensif.

Penanaman nilai-nilai religiusitas sejak dini dipandang  sebagai upaya untuk mengubah tingkah laku anak dengan menggunakan bahan atau materi yang
terkandung di dalam ajaran agama itu sendiri.

Baca Juga: Tempat ibadah sebagai pusat pendidikan anak yang keempat

Kunci keberhasilan penanaman nilai religiusitas dalam keluarga adalah: (1) konsistensi: Konsistensi dalam menjalankan ajaran agama dan nilai-nilai religius sangat penting untuk membentuk karakter anak yang baik,

(2) kesabaran: Orang tua harus sabar dalam mengajarkan nilai-nilai religius
kepada anak-anak mereka, karena proses ini membutuhkan waktu dan usaha yang terus-menerus, dan

(3) kasih sayang: Orang tua harus menunjukkan kasih sayang dan perhatian kepada anak-anak mereka, sehingga mereka dapat merasa nyaman dan aman dalam menjalankan ajaran agama.

Para ahli pendidikan menjabarkan ada beberapa strategi di dalam melakukan internalisasi nilai-nilai religiusitas dalam rangka membantuk karakter anak; yakni:

Baca Juga: Green Financing BRI hadir di tengah transformasi hijau industri perbankan, bukti komitmen dukung pembangunan berkelanjutan

Pertama, keteladanan. Keteladanan memiliki nilai yang sangat penting dalam pendidikan religiusitas. Memperkenalkan peri laku yang baik melalui keteladanan sama halnya dengan memahami sistem nilai dalam bentyuk yang nyata.

Strategi dengan keteladanan adalah internalisasi nilai-nilai religiusitas dengan memberikan contoh kongkrit kepada anak-anak yang sedang berkembang menuju kedewasaannya.

Kedua, pembiasaan. Pembiasaan adalah perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi mudah untuk dikerjakan.

Mendidik dengan strategi pengulangan dan pembiasaan adalah mendidik dengan cara memberikan latihan-latihan dan membiasakan untyuk dilakukan setiap hari.

Baca Juga: Tarif Kereta Ekonomi Generasi Terbaru dari Jakarta Dibanderol Mulai Rp100 Ribuan hingga 31 Juli 2025

Apabila anak didik dibiasakan untuk memiliki karakter yang mulia sejak usia dini, maka karakter yang baik itu akan mempribadi daklam arti akan dimilikinya secara lebih kuat dan relatif permanen.

Halaman:

Tags

Terkini

'Ke-Empu-an' perempuan dalam Islam

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:00 WIB

Doa-doa mustajab dalam Al-Quran dan Al-Hadits

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:00 WIB

Pesan-pesan Al-Quran tentang menjaga kesehatan jiwa

Jumat, 19 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tasamuh dalam beragama

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan membaca dan tadabbur Al-Quran

Selasa, 16 Desember 2025 | 17:00 WIB

Manajemen hati untuk raih kebahagiaan sejati

Senin, 15 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tujuh kunci masuk ke dalam pintu Surga-Nya

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:00 WIB

Peran orang tua dalam pembentukan generasi berkualitas

Sabtu, 13 Desember 2025 | 17:00 WIB

Lima pinsip dasar perlindungan HAM dalam Islam

Kamis, 11 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketakwaan

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:00 WIB

HAM dalam perspektif Islam

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:00 WIB

Membangun keluarga samara dalam Al-Quran dan Sunnah

Sabtu, 6 Desember 2025 | 17:00 WIB

Sepuluh sifat istri shalehah pelancar nafkah suami

Kamis, 4 Desember 2025 | 17:00 WIB

Rahasia keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW

Sabtu, 29 November 2025 | 17:00 WIB

Sembilan kekhasan dan keunikan masa remaja

Jumat, 28 November 2025 | 17:00 WIB