AWAS, penggendam beraksi lagi di Jogja. Kali ini korbannya seorang nenek usia 63 tahun, Arahmiani. Ia menjadi korban gendam dua orang tak dikenal yang mengaku sebagai dermawan.
Aksi gendam ini dilancarkan saat Arahmiani sedang berjalan-jalan sendirian di lapangan. Awalnya diajak ngobrol, kemudian korban bersedia diajak naik mobil sambil terus diyakinkan pelaku tentang aktivitas untuk memberi bantuan.
Pelaku meminta korban ke ATM guna melancarkan pemberian bantuan, dengan janji korban akan mendapat 20 persen dari nilai sumbangan. Entah mengapa, korban percaya begitu saja.
Baca Juga: Ramalan zodiak Leo sepekan berlaku mulai Minggu 18 Agustus 2024, Anda dapat memenangkan permainan
Apalagi, korban diajak ke Masjid Syuhada di Kotabaru, makin yakinlah bahwa pelaku religius. Hal paling fatal terjadi ketika korban menekan nomor PIN yang kemudian dihapal oleh pelaku. Berikutya, kartu ATM korban ditukar milik pelaku yang sudah kedaluwarsa.
Barulah itu terkuak setelah korban mendatangi bank untuk mencocokkan, ternyata jumlah uang dalam rekening telah berkurang hingga Rp 400 juta lebih. Jumlah yang sangat fantastis. Ia pun kemudian melapor ke polisi.
Hebatnya, dalam waktu relatif singkat polisi berhasil mengidentifikasi pelaku dan langsung meringkusnya di daerah Semarang. Kita memberi apresiasi yang tinggi kepada jajaran kepolisian yang berhasil menangkap dua pelaku asal Jakarta.
Masyarakat tentu harus hati-hati jangan sampai menjadi korban gendam. Gendam dalam kasus di atas tak selalu berhubungan dengan hal gaib, melainkan lebih pada upaya mempengaruhi orang lain agar percaya.
Dalam kasus di atas, korban sangat percaya dengan omongan pelaku karena menunjukkan perilaku religius, antara lain dengan mengajak ke masjid. Padahal ini hanyalah modus pelaku agar korban percaya.
Hal lain yang patut dicurigai, mana ada orang yang memberi keuntungan dua puluh persen dalam sebuah usaha. Dari sini saja sudah kelihatan itu hanya akal-akalan. Semestinya korban tak mudah percaya dengan orang yang belum dikenal, apalagi meminta mendatangi ATM. Kalau orang tersebut dermawan beneran, untuk apa meminta orang lain mendatangi ATM, karena sudah cukup dengan transfer melalui HP.
Masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan terhadap modus penipu yang berkedok dermawan dan terkesan religius. Lebih penting lagi, jangan mudah diajak bertransaksi di ATM tanpa pengawalan. Sudah banyak contoh pelaku sebenarnya hanya ingin mengetahui nomor PIN korbannya, kemudian menukarnya dengan kartu kedaluwarsa tanpa sepengetahuan korban. (Hudono)