HARIAN MERAPI - Keluhuran dan keagungan dimensi kemanusiaan Nabi Muhammad SAW dalam menyayangi ummatnya.
Dalam mensifati akhlak Rasulullah Muhammad SAW, ‘Aisyah RA mengatakan:
”akhlak beliau adalah Al-Quran”.
Rahasia kesuksesan seorang pemimpin pada khususnya dan kehidupan orang perorang sebagaimana dicontohkan Nabi kita terletak pada penyiapan jiwa, pembentukan perasaan dan pendidikan akhlak yang kesemuanya dapat mengubah sikap pribadi pengikut-pengikut dan orang-orang yang ada di sekitarnya.
Baca Juga: Sembilan ayat Al-Quran tentang amanah, di antaranya mendapatkan karunia-Nya yang sangat besar
Dengan jalan itu pulalah Nabi kita mengubah masyarakat Arab “jahiliyah” menjadi masyarakat yang berperadaban tinggi hgingga saat ini.
Di antara keluhuran sifat-sifat kemanusiaan Nabi yang penting ditumbuhsuburkandalam kehidupan umat sekarang ini di antaranya :
Pertama, rahmat adalah jiwanya. Rahmat pada diri Nabi bukan sekadar diakibatkan
karena keyatimannya, melainkan suatu amal dan perangai yang tersusun rapi, teratur dengan cara indah mengiringi wujudnya di alam ini yang dimulai sejak beliau dilahirkan sebagai seorang bayi yang yatim piatu.
Sahabat Jabir RA menceritakan:”Pada suatu hari Nabi Muhammad SAW
sedang dalam perjalanan, kemudian beliau melihat seorang laki-laki yang dikerumuni orang-orang, beliaupun bertanya: ”Mengapa orang itu?”
Baca Juga: Paguyuban Kate Jogja Mataram rutin gelar latber ayam kate, terbagi 4 kelas utama, apa saja?
Mereka menjawab: ”Laki-laki itu sedang berpuasa!” Berkata Baginda Nabi: ”Bukan suatu pekerjaan yang baik siapapun di antara kalian yang berpuasa di saat dalam perjalanan. Gunakanlah perkenan (“rukhsah”) yang diberikan Allah kepada kalian dengan sebaik-baiknya dan terimalah serta laksanakanlah!”
Kedua, keadilan adalah syareatnya. Pada suatu hari datanglah seorang Badui dengan cara yang bodoh dan perkataan yang sangat menusuk: ”Hai Muhammad! Apakah harta ini harta Allah atau harta Bapakmu?”
”Mendengar pertanyaan yang sangat kasar itu Umar bin Khattab RA bukan main panas telinganya mendengar pertanyaan itu. Umar langsung saja maju dengan menghunus pedangnya. Tindakan yang demikian langsung dicegah Nabi SAW: ”Biarkan dia hai Umar, dia mempunyai hak dan berhak pula untuk berbicara!”
Kali lain, dalam suatu perjalanan yang disertai beberapa sahabat, ketika istirahat para sahabat mempersiapkan untuk makan, mereka sibuk membagi pekerjaan di antara mereka, maka Rasulullah SAW mengacungkan jarinya: ”Tugas saya mengumpulkan kayu bakar!”
Baca Juga: Relawan Sahabat Pagi gelar doa bersama, munajat untuk kelanjutan pembangunan bangsa
Para sahabat berkata: ”Ya Rasulullah, tugas itu pekerjaan kami!” Jawab Nabi:”Saya tahu kalian hendak menghormati saya, namun saya tidak mau dibeda-bedakan dengan diri kalian!”