HARIAN MERAPI - Marwah diri yang positif adalah ketika kita memiliki harga diri, kepercayaan diri, dan kesadaran akan nilai-nilai diri sendiri. Ini berarti kita tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain dan tidak membandingkan diri dengan orang lain.
Kita fokus pada kelebihan dan potensi diri sendiri, serta berusaha menjadi versi terbaik dari diri kita. Marwah diri dalam Al-Quran dan Hadits adalah tentang menjaga kehormatan dan harga diri sebagai manusia yang mulia.
Menjaga marwah dengan akhlak mulia merupakan sesuatu yang indah sekali. Di antara cara menjaga marwah diri dengan akhlak yang mulia adalah: berbicara dengan sopan dan jujur, berperilaku baik dan menghormati orang lain, menjaga rahasia dan tidak membicarakan orang lain, berani mengakui kesalahan dan meminta
maaf, serta selalu berusaha menjadi lebih baik, Dalil mengenai marwah diri ini tertera dalam banyak ayat Al-Quran, di antaranya adalah sebagai berikut.
Baca Juga: Angka Kekerasan Tinggi, DPRD Sleman Komitmen Ciptakan Ruang Aman bagi Perempuan dan Anak
Pertama, bersyukur kepada-Nya. Firman Allah SWT: "Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku," (QS. Al-Baqarah; 2:152).
Atas semua kenikmatan dari-Nya, Allah menyuruh kaum muslim untuk selalu mengingat dan mensyukurinya. Sebaliknya, janganlah mereka mengkufuri nikmat-Nya dengan menyia-nyiakan dan mempergunakannya di luar garis-garis yang telah
ditentukan-Nya.
Kedua, bersabar atas ujian dari-Nya. Firman Allah SWT: "Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar," (QS. Al-Baqarah; 2:153).
Tidak saja melimpahkan nikmat-Nya, Allah juga menimpakan berbagai cobaan kepada orang yang beriman. Karena itu, Allah meminta mereka bersabar dan terus
melaksanakan salat.
Baca Juga: Prabowo Setuju Rp60 Juta Per Rumah Ganti Hunian Pengungsi yang Rusak
Ketiga, jadilah pribadi pemaaf. Firman Allah SWT: “Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh." (QS. Al-A’raf; 7:199).
Jadilah engkau wahai Nabi Muhammad dan juga umatmu orang yang pemaaf, dan tidak meminta sesuatu yang akan menyulitkan orang lain dan suruhlah orang mengerjakan dan mengucapkan yang makruf, berupa kebajikan yang dipandang baik oleh akal, agama dan tradisi masyarakat, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh, teruslah melangkah dalam berdakwah.
Keempat, perbanyak dzikrullah. Firman Allah SWT: "Bacalah apa yang telah
diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al-Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-'Ankabût; 29:45).
Kelima, yakin akan pertolongan-Nya. Firman Allah SWT: "Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: '(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang'" (QS. Al-Anbiya; 21:83).
Dengan ayat ini Allah mengingatkan Rasul-Nya dan kaum muslimin kepada kisah Nabi Ayyub AS yang ditimpa suatu penyakit yang berat sehingga berdoa memohon pertolongan Tuhannya untuk melenyapkan penyakitnya itu, karena ia yakin bahwa Allah amat penyayang dan Maha Penolong umat-Nya.
Keenam, optimis akan pertolongan-Nya. Firman Allah SWT: "Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." (QS. Yusuf; 12:87).