PROFESI guru sedang menjadi sorotan publik. Seperti yang terjadi beberapa hari lalu di sebuah sekolah menengah di Mergangsan Yogya, guru bersitegang dengan siswanya gara-gara dipicu sang siswa tidak memakai seragam yang ditentukan sekolah. Ribut antara guru dan murid ini pun makin keras sehingga menimbulkan kegaduhan.
Bahkan, akibat ribut-ribut itu sampai mendatangkan aparat kepolisian setempat. Keduanya pun dibawa ke kantor polisi. Alhasil bisa dicapai perdamaian sehingga kasusnya tak sampai ke ranah hukum.
Kasus ribut guru dengan murid nampaknya sudah sering terjadi. Kalau kita cermati, keributan umumnya bermula dari perilaku siswa yang tidak taat aturan. Seperti pada kasus di Mergangsan, siswa berinisial CT datang ke sekolah tanpa memakai seragam yang ditentukan.
Karuan saja guru menegurnya dan meminta agar siswa taat aturan. Namun, entah bagaimana alasannya, terjadi keributan dan mengundang solidaritas siswa lain. Sang guru, IM pun bersedia menempuh jalur kekeluargaan ketika dimediasi polisi di Polsek Mergangsan. Sementara siswa bersedia meminta maaf karena telah melanggar aturan sekolah, khususnya terkait ketentuan pemakaian seragam
Kasus seperti ini memang lebih baik diselesaikan secara kekeluargaan. Kalaupun ada unsur pidana, sehingga melibatkan aparat kepolisian, tentu dalam skala ringan. Misalnya terkait dengan tindakan guru saat memperingatkan siswa, apakah caranya sudah benar, persuasif dan mendidik ?
Inilah yang mungkin luput dari perhatian. Kasus ini menjadi sarana bagi sekolah untuk introspeksi apakah selama ini sudah benar dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar.
Baca Juga: Peruntungan Shio Macan besok Minggu 2 November 2025, jangan berpegang teguh pada kebiasaan lama Anda
Harus kita akui, belakangan ini banyak kasus yang melibatkan siswa dan guru yang bikin gaduh di beberapa wilayah. Ada kecenderungan atau tren siswa berani pada gurunya. Bahkan, seperti beredar di media sosial, seorang siswa buka baju menantang gurunya gara-gara diperingatkan agar berpakaian yang rapi. Inikah produk dari pendidikan kita ?
Harus dilakukan evaluasi secara menyeluruh, jangan-jangan memang ada yang salah dengan sistem pendidikan kita. Mengapa siswa kini berani pada gurunya ?
Apakah mereka tak pernah mendapat pelajaran budi pekerti ? Penyelesaian secara hukum, lewat polisi misalnya, tentu tak serta merta menyelesaikan masalah. Harus dicari akar masalah sesungguhnya, sehingga solusinya komprehensif. Sudah saatnya semua elemen pendidikan, baik di intra sekolah maupun luar sekolah introspeksi . (Hudono)