HARIAN MERAPI - Secara bahasa, ghibah berarti menggunjing. Banyak orang meremehkan masalah ghibah, padahal dalam pandangan Allah SWT, ghibah adalah sesuatu yang keji dan kotor.
Rasulullah Muhammad SAW menjelaskan bahwa riba itu ada tujuh puluh dua pintu, yang paling ringan daripadanya sama dengan seorang laki-laki yang menyetubuhi ibunya (sendiri), dan riba yang paling berat adalah pergunjingan seorang laki-laki atas kehormatan saudaranya.
Ghibah adalah menyebutkan sesuatu yang terdapat pada diri seorang muslim, sedang ia tidak
suka (jika hal itu disebutkan), baik dalam keadaan soal jasmaninya, agamanya, kekayaannya, hatinya, akhlaknya, bentuk lahiriyahnya dan sebagainya.
Baca Juga: Begini Tips dari BRI untuk Strategi Pengelolaan Keuangan dan Investasi Bagi Generasi Muda
Caranya pun bermacam-macam, di antaranya dengan membeberkan aib, menirukan tingkah laku atau gerak tertentu dari orang yang dipergunjingkan dengan maksud mengolok-ngolok dan menjatuhkan harga dirinya.
Wajib bagi orang yang hadir dalam majlis yang sedang menggunjing orang lain, untuk mencegah kemungkaran dan membela saudaranya yang dipergunjingkan. Sabda Nabi Muhammad SAW: ''Barangsiapa menolak (ghibah atas) kehormatan saudaranya, niscaya pada hari kiamat Allah
akan menolak menghindarkan api neraka dari wajahnya''. (HR. Ahmad).
Bagi seseorang yang ingin menghindari ghibah, ada beberapa cara yang dapat dilakukan;
sebagai berikut:
Pertama, bergaul dengan orang yang baik. Rasulullah Muhammad SAW bersabda:
“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan
seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Baca Juga: Inilah salah satu tips lepas dari judi online
Kedua, menjaga lidah. Berhati-hati dalam bicara merupakan sifat yang harus ditanamkan
sejak anak usia dini. Berhati-hati ketika ingin mengatakan sesuatu membantu seseorang dalam
menghindari ghibah. Ketika tahu apa yang akan dibicarakan merupakan hal yang buruk, lebih baik
tidak usah dikatakan.
Dari Sahl bin Sa’ad RA Rasulullah Muhammad SAW bersabda: “Barangsiapa yang dapat memberikan jaminan kepadaku tentang kebaikannya apa yang ada di antara kedua tulang rahangnya – yakni mulut atau lidah – serta antara kedua kakinya – yakni kemaluannya, maka saya memberikan jaminan syurga untuknya.” (Muttafaq ‘alaih).
Ketiga, intropeksi diri. Banyak orang yang dapat memilah-milah (Jawa: ngonceki) kesalahan
orang lain, ini benar dan yang itu salah. Namun terkadang kesalahan sendiri tidak tampak olehnya.
Intropeksi diri merupakan hal yang baik terlebih untuk mencari kejelekan diri sendiri. Ketika
seseorang menemukan bahwa ternyata dirinya jauh lebih buruk dibandingkan orang lain, maka akan menimbulkan rasa malu yang pastinya menghindarkannya untuk membicarakan keburukan orang lain.
Baca Juga: Pemkab Sleman luncurkan Bus Sekolah Gratis SI BULAN, berikut rute dan tujuannya
Keempat, saling mengingatkan. Seseorang tidak perlu merasa sungkan ataupun ragu untuk
mengingatkan terhadap sesama. Namun dalam mengingatkan tentu seseorang harus mencerminkan perbuatan yang baik.