HARIAN MERAPI - Awal tahun 1446 Hijriyah saat ini adalah waktu yang sangat tepat untuk melakukan muhasabah (introspeksi diri). Muhasabah diri menuju pribadi takwa.
Muhasabah bisa difahami sebagai sebuah upaya untuk menilai semua tindakan secara menyeluruh pada diri seseorang, yang kemudian mengilhami dirinya untuk melakukan perbaikan (ishlah).
Dengan demikian kehidupan seseorang akan selalu dalam kondisi yang stabil karena perbuatannya selalu dikontrol melalui muhasabah yang secara kontinyu dilakukannya.
Baca Juga: Raih Suara Terbanyak, Khusnudin Pimpin GP Ansor Tempel Sleman 2024-2027, Ini Rencana ke Depan
Firman Allah dalam Surat al-Hasyr ayat 18: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Muhasabah diri merupakan sesuatu yang sangat penting untuk selalu dilakukan orang-orang
yang bertakwa.
Takwa pada dasarnya merujuk pada sebuah sikap yang terdiri dari cinta dan takut, yang lebih jelas lagi adalah adanya kesadaran terhadap segala sesuatu atas dirinya dan bahkan merasa
hatinya yang paling dalam senantiasa diketahui oleh Allah swt.
Sehingga ia senantiasa menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan bermuhasabah seseorang akan dapat menyelami hatinya secara mendalam, mencari dan memikirkan pelajaran apa yang dapat diambilnya dari musibah yang membuat dirinya bersedih.
Baca Juga: Pengusaha keberatan, Jokowi: Cuti melahirkan enam bulan sangat manusiawi
Kesalahan apa yang pernah dilakukannaya sehingga musibah ini datang silih berganti tanpa berkesudahan, dan sebagainya.
Untuk mengetahui mengapa orang-orang beriman menjadi pribadi yang kuat ketika senantiasa
melakukan muhasabah diri, setidaknya ada lima hal pokok sebagai sumber kekuatan orang beriman yang membuatnya hidup tidak pernah bersusah hati; yakni:
Pertama, percaya kepada Allah, Dzat yang dia percayai serta tempat dia berserah diri kepada-
Nya. Tidak ada kekhawatiran dalam hidupnya karena dia sangat yakin bahwa Allah SWT akan
senantiasa menyertainya dimana saja dan kapan saja.
Allah SWT tidak membiarkan oang-orang yang menyerahkan diri kepadanya menjadi lemah, tidak membiarkan dia terus berjuang sendirian tanpa bantuan dan sandaran. Orang beriman menjadi kuat karena mendapatkan kekuatan dari Allah:
Baca Juga: Puncel Pati Memanas, warga demo tolak keberadaan hotel. Ini masalahnya
“Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal”. (QS. Ali Imran; 3:160).