HARIAN MERAPI - Birrul walidain adalah perbuatan baik anak kepada kedua orang tuanya sebagai bentuk kebaktian sehingga kedua orang tua mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya.
Berbuat baik dilakukan dengan lapang dalam kebaikan (ikhsan) kepada kedua orang tua dalam perkataan, perbuatan, dan niat.
Islam yang norma-normanya berasal dari wahyu Ilahi dan Hadits Nabi Muhammad SAW, telah menempatkan orang tua dalam hubungannya dengan anak pada posisi yang sangat terhormat dan mulia sesuai dengan kodrat dan tabiatnya, sesuai dengan pengorbanan yang telah mereka lakukan.
Baca Juga: Sabar menerima keadaan akhirnya mendapat rezeki tak terduga
Keridhaan dan kemurkaan Allah SWT adala karena ridha dan murka orang tua, sebagaimana Hadits Nabi Muhamad SAW: “Ridha Allah SWT. ada pada ridha kedua orang tua dan kemurkaan Allah SWT. ada pada kemurkaan orang tua.” (HR. Tirmidzi).
Secara umum, tugas dan kewajiban anak-anak dalam keluarga yang terpenting
adalah berbakti dan selalu berbuat baik kepada kedua orang tua (birrul walidain), baik selagi
mereka masih hidup di dunia maupun setelah mereka berpulang ke rahmatullah.
Berbakti dan berbuat baik kepada orang tua merupakan cerminan adanya rasa takut akan datangnya azab Allah SWT akibat durhaka kepada orangtua (uququl walidain).
Hadits Nabi Muhammad SAW telah memberikan acuan kaitannya dengan perintah birrul
walidain dan larangan uququl walidain; diantaranya:
Baca Juga: Membiasakan kebaikan sesuai syariat Islam kepada anak sejak dini
Pertama, birrul walidain sebagai salah satu amal yang paling utama. Hadits Nabi SAW:
“Dari sahabat Abdullah bin Mas’ud RA, ia bertanya kepada Rasulullah, ‘Wahai Rasulullah, apakah amal paling utama?’ ‘Shalat pada waktunya,’ jawab Rasul. Ia bertanya lagi, ‘Lalu apa?’ ‘Lalu berbakti kepada kedua orang tua,’ jawabnya. Ia lalu bertanya lagi, ‘Kemudian apa?’ ‘Jihad di jalan Allah,’ jawabnya,” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kedua, merawat kedua orang tua dinilai sama kualitasnya dengan berjihad di jalan Allah
SWT. Hadits Nabi SAW: “Dari sahabat Abdullah bin Amr bin Ash RA, seorang sahabat mendatangi Rasulullah saw lalu meminta izin untuk berjihad. Rasulullah SAW bertanya, ‘Apakah kedua orang tuamu masih hidup?’ ‘Masih,’ jawabnya. Rasulullah saw mengatakan, ‘Pada (perawatan) keduanya, berjihadlah,’” (HR. Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah).
Ketiga, membahagiakan orang tua sama nilainya dengan nilai hijrah. Hadits Nabi SAW:
“Dari sahabat Abdullah bin Amr RA, ia bercerita, seorang sahabat mendatangi Rasulullah SAW dan mengatakan, ‘Aku datang kepadamu untuk berbaiat hijrah dan kutinggalkan kedua orang tuaku dalam keadaan menangis. Rasul menjawab, ‘Pulanglah, buatlah keduanya tertawa sebagaimana kau membuat mereka menangis.” (HR. Abu Dawud).
Keempat, berbaktilah kepada ibu, karena Surga di bawah telapak kaki ibu. Hadits Nabi SAW:
“Dari Muawiyah bin Jahimah As-Sulami, Jahimah ra mendatangi Nabi Muhammad SAW dan
berkata, ‘Aku ingin berperang bersamamu dan aku datang untuk meminta petunjukmu.’ Rasul bertanya, ‘Apakah kamu mempunyai ibu?’ ‘Ya,’ jawabnya. ‘Lazimkanlah ibumu karena surga berada di bawah telapak kakinya.’” (HR. An-Nasa’i, Ibnu Majah, dan Al-Hakim).
Baca Juga: Polda DIY amankan 40 tersangka dalam 14 hari Operasi Curat Progo 2024
Kelima, orang tua sebagai salah satu pintu surga, maka janganlah sia-siakan mereka. Hadits
Nabi SAW: “Dari sahabat Abu Darda RA, seseorang mendatanginya dan berkata, ‘Aku mempunyai seorang istri, tetapi ibuku memintaku untuk menceraikannya.’ Abu Darda ra berkata, ‘Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Orang tua adalah pintu surga paling tengah. Jika mau, kau boleh menyia-nyiakan pintu tersebut atau kau boleh merawatnya.” (HR At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).