JOGJA, harianmerapi.com - Film Lamun Sumelang adalah salah satu film pendek yang diprediksi sejumlah kalangan akan mendobrak dunia perfilman. Seperti viralnya Film sebelumnya, Tilik, yang juga mengisahkan fenomena yang lazim terjadi di masyarakat.
Film Lamun Sumelang ini diproduksi pada tahun 2019 lalu dan berhasil menyabet prestasi sebagai Film Cerita Pendek Terpilih di Piala Maya di tahun yang sama.
Sehingga terkait sinematografi dari film Lamun Sumelang tidak perlu diragukan lagi. Meski hanya berdurasi sekitar 18 menit, namun film ini mampu membawa penonton masuk dalam alur cerita yang mencekam dan jenaka.
Baca Juga: Proliga 2022 Dipusatkan di Padepokan Voli Sentul dengan Sistem Gelembung Mulai Januari 2022
Film Lamun Sumelang ini mengangkat fenomena bunuh diri di Gunungkidul. Dimana di kabupaten itu angka kasus bunuh diri cukup tinggi.
Bahkan karakter korbannya yang rata-rata sudah berusia dewasa, caranya pun relatif sama, yakni gantung diri.
Melalui website resminya, Ravacana Films memperinci bahwa pemeran dalam film Lamun Sumelang ini diantaranya Freddy Rotterdam, Nunung Deni Puspitasari, Naura Quinta Kun Sri Kuncoro, Liek Suyanto, Tuminten, dan sejumlah pemain lainnya.
Sementara itu, Egha Harismina dan Elena Rosmeisara adalah produser yang berkolaborasi dengan Ludy Oji Prastama sebagai penulis naskah sekaligus sutradara.
Baca Juga: Bukan Cinta Sejati 8: Baru Mau Lamaran Warga Kampung Sudah Heboh Bakal Punya Menantu PNS
Kemudian ada nama-nama seperti Wahyu Agung Prasetyo, Ayunki Hikmawan, Rifat Satya, Vhyan Octavyan, dan Helmi Nur Rasyid sebagai produser kreatif, penata gambar, artistik, penata suara, serta penyunting gambarnya.
Cerita ini cukup apik karena menghadirkan dialog dan obrolan tentang hidup dan mati antara arwah-arwah dan si pemeran utama.
Kisahnya adalah tentang seorang ayah yang harus mencari tujuh tumbal untuk menyembuhkan penyakit yang tengah diderita anaknya. Salah satunya dengan menunggu sebuah kilatan cahaya warna merah di langit.
Di Gunungkidul, fenomena ini disebut dengan 'Pulung Gantung' dimana kemunculannya menjadi pertanda akan terjadinya bunuh diri di wilayah tersebut.
"Pada saat itu, perenungan tentang hidup untuk mati –dan mungkin vice versa– dibenturkan dengan fenomena di Gunung Kidul yang memiliki angka kematian akibat bunuh diri cukup tinggi. Setelah dikulik, kasus-kasus yang terjadi dipercaya ada hubungannya dengan mitos pulung gantung," tulis Ravacana melalui akun Twitternya.