seni-hiburan

Peringati Milad 236 Tahun Pangeran Diponegoro, Patra Padi Pentaskan Wayang 'Tumusing Jangka' Babad Diponegoro

Jumat, 12 November 2021 | 05:53 WIB
Pagelaran Wayang Kulit Diponegoro dalam rangka memperingati Peringatan Milad Bendoro Pangeran Haryo Diponegoro ke-236 tahun, Kamis (11/11/2021) di nDalem Yudonegaran (Foto: Wulan Yanuarwati)

JOGJA, harianmerapi.com - Paguyuban Trah Pangeran Diponegoro atau Patra Padi bekerja sama dengan nDalem Yudonegaran menyelenggarakan pagelaran wayang kulit Diponegoro.

Kegiatan Pagelaran Wayang Kulit Diponegoro dilaksanakan dalam rangka memperingati Peringatan Milad Bendoro Pangeran Haryo Diponegoro ke-236 tahun, Kamis (11/11/2021).

Pagelaran wayang kulit Diponegoro mengambil lakon 'Tumusing Jangka' yang disarikan dari Babad Diponegoro, sebuah biografi yang telah diakui dunia karya BPH Diponegoro selama menjalani pengasingan di Manado, Sulawesi Utara dan Makassar, Sulawesi Selatan.

Baca Juga: Uang Baru Tak Laku dan Kiat Dokter Agar Balita Tak Nangis Saat Diperiksa

Dalang Wayang Diponegoro ialah Ki Catur Kuncoro, seorang dalang yang telah berpengalaman dan malang melintang di jagad kesenian, baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Ketua Umum Patra Padi, R Rahadi Saptata Abra mengatakan lakon Wayang Diponegoro terinspirasi dari sebuah peristiwa di mana pada suatu ketika Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hageng/GKR Tegalrejo, permaisuri Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) I bersama cicit bayi RM Mustahar atau nama kecil BPH Diponegoro, yang sowan kepada Sri Sultan HB I.

"Sri Sultan HB I berkata bahwa nantinya RM Mustahar akan mengobarkan perlawanan terhadap Belanda, hingga akan menimbulkan kerugian yang lebih dahsyat dibanding dengan dirinya. Untuk itu, beliau meminta kepada GKR Hageng agar mendidik dan membesarkan RM Mustahar dengan baik," jelasnya di sela-sela acara pementasan di nDalem
Yudonegaran.

Baca Juga: Enam Buah Takwa yang Dinjanjikan Allah dan Rasul-nya

Pada kenyataannya, ucapan Sri Sultan HB I terbukti benar dengan pecahnya Perang Jawa pada tahun 1825 hingga 1830 yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro yang berdampak luar biasa.

Perang Jawa telah menewaskan 200 ribu rakyat Jawa, 8 ribu tentara Belanda daei Eropa dan 7 ribu serdadu Londo Ireng atau pribumi yang berpihak kepada Belanda.

"Dan berimbas pada kerugian keuangan Pemerintah Belanda yang mencapai kurang lebih 20 juta Gulden yang mengakibatkan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda bangkrut," ujarnya.

Baca Juga: Hujan Berjam-jam di Jogja: Rumah Roboh di Gunungkidul, 4 Warga di Sleman Terluka Tertimpa Pohon

Adapun Organisasi Patra Padi didirikan pada tanggal 11 November 2015 berdasarkan Akta Notaris Rio Kustianto Wironegoro, SH, M.Hum No. 01 Tanggal 6 Januari 2016 dan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. AHU-0015022.AH.01.07 Tahun 2016 tentang Pengesahan Pendirian Badan Hukum Perkumpulan Trah Pangeran Diponegoro.

Saat ini Patra Padi menaungi 14 trah putra-putri keturunan BPH Diponegoro, dengan Ketua Umum Organisasi. *

 

Halaman:

Tags

Terkini