Hingga Oktober Tercatat 369 Kasus KDRT

photo author
- Kamis, 23 November 2017 | 06:27 WIB
Puji Astuti menyampaikan materi dalam sarasehan memperingati Hari Ibu
Puji Astuti menyampaikan materi dalam sarasehan memperingati Hari Ibu

-
Puji Astuti menyampaikan materi dalam sarasehan memperingati Hari Ibu

SLEMAN (MERAPI) - Korban kekerasan terhadap perempuan di Kabupaten Sleman hingga Oktober 2017 mencapai 369 kasus. Kejadian tersebut terbagi dari 223 kasus korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dan 146 kasus non KDRT. Hal ini menunjukkan masih tingginya tingkat kekerasan yang terjadi pada perempuan dan anak di Kabupaten Sleman.

Begitu pula berdasarkan hasil survei, prevalensi perempuan korban KDRT kerjasama BPPM DIY dengan Yayasan Rifka Anisa tahun 2017 menunjukkan 1 dari 5 perempuan berusia 18-49 tahun pernah mengalami KDRT.

Hal ini disampaikan Sekretaris Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P3AP2KB) Sleman, Puji Lestari dalam sarasehan Kemandirian Perempuan Yang Bebas Dari Kekerasan Menuju Kehidupan Damai dan Sejahtera di aula kantor setempat, Rabu (22/11). Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka peringatan ke-89 Hari.

Hadir sebagai narasumber Kepala Disdukcapil Sleman Jazim Sumirat dengan materi Administrasi Kependudukan dan Permasalahannya di Kabupaten Sleman serta Muhammad Saeroni dari Yayasan Rifka Anisa dengan materi Her For She, Meningkatkan Peran Laki-Laki Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Keluarga dan Kaum Ibu.

Puji menjelaskan, melihat kasus KDRT masih tinggi dibutuhkan peran laki-laki secara kolaboratif dan bersinergi dalam memberikan perlindungan perempuan dan anak. "Kerja sama yang baik dengan kaum laki-laki harus ditingkatkan untuk mengurangi KDRT," katanya.

Disamping itu, permasalahan administrasi kependudukan masih rendah terutama legalitas pencatatan perkawinan, kelahiran, dan akte kelahiran. Sebagai contoh, kepemilikan akte kelahiran baru tercapai 79 persen, masih dijumpai perkawinan di bawah tangan, perkawinan di bawah umur dan permasalahan lainnya.

"Melihat masalah-masalah tersebut diatas perlu langkah strategis upaya-upaya pencegahan melalui sarasehan maupun kegiatan lain," lanjutnya.

Sementara itu terkait dengan permasalah keluarga, Muhammad Saeroni menyampaikan, dalam kehidupan berumah tangga, sikap dan perilaku laki-laki terkadang merasa superior, merendahkan perempuan, mengontrol pasangan serta menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan masalah.

"Laki-laki harus menjadi bagian dari solusi dan bukan sebagai masalah agar dapat mensejahterakan keluarga dan perempuan," imbuhnya. (Awn)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

KPK OTT Bupati Bekasi Ade Kuswara Kunang

Jumat, 19 Desember 2025 | 06:00 WIB
X