YOGYA, harianmerapi.com - Perubahan iklim menjadi ancaman yang serius dan nyata bagi kelangsungan hidup umat manusia. Oleh sebab itu, berbagai negara di dunia berupa mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) dengan penggunaan energi terbarukan agar mengurangi emisi karbon.
Sekolah Vokasi UGM bersama dengan SUN Energy mengembangkan teknologi panel surya guna menjawab permasalahan tersebut melalui Nota Kesepahaman Bersama diteken, Rabu (18/8/2021) secara daring.
Dekan Sekolah Vokasi UGM, Agus Maryono mengatakan perguruan tinggi memiliki peran penting dalam edukasi, penelitian, dan pengembangan teknologi energi terbarukan khususnya energi surya sebagai alternatif sumber energi listrik.
Baca Juga: UGM Sabet 4 Medali di Olimpiade Matematika Dunia 2021
"Kerja sama antara SV UGM dan SUN Energy sesuai Tridharma perguruan tinggi dapat dilaksanakan secepatnya di tahun ini. Kegiatan belajar-mengajar yang menghadirkan dosen praktisi dari SUN Energy untuk mendukung pengembangan kurikulum baru mengenai energi baru dan terbarukan, pelaksanaan program pengabdian masyarakat di beberapa desa, hingga penelitian teknologi tenaga surya," jelasnya.
Dia berharap dapat mencetak lulusan yang berkualitas dan siap kerja di industri masa depan, dan mendorong sumber daya manusia untuk terus meningkatkan pendidikan di bidang energi terbarukan hingga jenjang yang tinggi.
Sebelumnya, pemerintah Indonesia dalam komitmennya sesuai Paris Agreement, sebuah kesepakatan global untuk menghadapi perubahan iklim, berupaya memenuhi target 23 persen bauran energi di tahun 2025. Komitmen untuk mewujudkan hal itu membutuhkan sinergi multi stakeholders, mulai dari pemerintah pusat dan daerah, BUMN, institusi pendidikan, dan perusahaan swasta.
Baca Juga: Kisah Mahasiswa UGM Kembangkan Syncrom, Alat Pendeteksi Kerumunan Cegah Penularan Covid-19
Ketua Umum Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI), Fabby Tumiwa mengatakan pada setiap 1 GW akan membuka 20-30 ribu lapangan kerja dan transisi energi hijau ini diproyeksikan akan menciptakan 3,6 juta lapangan kerja hingga tahun 2050.
“Demi menurunkan dampak emisi gas rumah kaca, penyediaan energi bersih melalui energi surya menjadi salah satu strategi yang paling mudah dan tepat saat ini. Berdasarkan grand strategi energi nasional 2020 -2035, pemerintah mengharapkan tambahan pembangkit listrik energi baru terbarukan sebesar 38 GW dengan prioritas pada pembangkit listrik tenaga surya mengingat potensi tenaga surya yang berlimpah, kecepatan konstruksi dan harga yang semakin kompetitif," jelasnya.
Dia menegaskan, pemerintah membutuhkan dukungan bersama, baik pelaku usaha, asosiasi, akademisi dan generasi muda. Keterlibatan akademisi
maupun generasi muda melahirkan inovasi baik dalam pengembangan EBT, pemanfaatan energi surya dan sosialisasi kepada masyarakat.
Baca Juga: Tiga Selter Pasien Covid-19 UGM Disulap Jadi Rumah Sakit Darurat
Sementara itu, Direktur SUN Energy, Garry Perdana mengatakan bentuk komitmen SUN Energy kepada SV UGM diwujudkan melalui empat poin. "Yakni implementasi
pembangunan PLTS sebagai energi alternatif di bangunan kampus, pengembangan tempat uji kompetensi dan Lembaga Sertifikasi Profesi di sektor energi tenaga surya, peningkatan pengetahuan melalui kuliah umum dengan dosen tamu dari SUN Energy satu bulan sekali, penyerapan tenaga sumber
daya manusia menjadi karyawan magang, hingga pengabdian masyarakat di daerah KKN,” jelasnya.
Dia menyebut SUN Energy akan berkomitmen untuk terus mendorong penggunaan energi surya, serta mengembangkan kolaborasi dengan pihak-pihak kompeten untuk mempercepat visi Indonesia dalam menciptakan energi terbarukan yang ramah lingkungan dengan pemanfaatan tenaga surya.*