“Mahasiswa harus bisa me-manage kemampuan dan bakat lain yang mereka miliki, sehingga mereka menjadi manusia yang unik, berbeda dari manusia lainnya,"
"Bakat mereka harus tersalurkan, dan tetap didukung pendidikan di kampus,” tambahnya.
Problematikanya, saat ini banyak perguruan tinggi yang seolah tak peduli dengan cara penyampaian materi kuliah untuk mahasiswa.
Padahal cara yang baik adalah mengajari mahasiswa yang biasa menjadi bisa/menguasai sesuatu.
“Saya analogikan seperti kursus setir mobil, jangan terlalu banyak teori. Seharusnya setelah kursus setir mobil, ya harus bisa menyetir. Bukan hanya tahu cara menyetir, paham rambu-rambu lalu lintas, dan lainnya. Contoh lain, lulusan fakultas peternakan tapi tidak bisa ternak. Bagaimana itu?” ujar Suyitno.
Sementara itu, Direktur Politeknik Sawunggalih Aji (Polsa) Kutoarjo Danis Imam Bachtiar SE MM berharap, workshop yang diikuti oleh para dosen Polsa ini akan mendukung penerapan kurikulum MBKM di kampus tersebut.
Ke depan, kampus yang baru saja memperoleh akreditas Baik untuk prodi terbarunya yakni Prodi D-4 Teknik Rekayasa Perangkat Lunak ini akan semakin memegang komitmen untuk menghasilkan lulusan.
"Harapan kami, lulusan itu akan siap menghadapi tantangan dunia kerja di era disrupsi teknologi seperti saat ini," tandasnya.***