Suatu jumlah yang melimpah kerap menjadi kendala, karena peternak tak selalu memiliki ruang dan pakan cukup untuk memelihara larva ulat sutra yang rakus.
Maka, secara alami, metabolisme serangga akan melambat jika suhu lingkungannya diturunkan. Prinsip sederhana ini yang ia manfaatkan.
Artinya, dengan pendinginan singkat, telur tak langsung menetas bersamaan, tetapi bisa diatur waktunya.
Baca Juga: Investor Global Naikkan Target Price BBRI, Goldman Sachs rekomendasikan buy Rp4.760 per saham
Keunggulan metode ini adalah penerapannya yang praktis dan tidak membutuhkan perlakuan kimia seperti pada telur sutra jenis lain, misalnya Bombyx mori.
Hal tersebut membuat peternak ulat sutra eri dapat langsung mengaplikasikannya tanpa prosedur rumit. Selain itu, ia berharap budidaya sutra Eri di Indonesia semakin berkelanjutan.
“Selain meningkatkan daya saing produk sutra lokal, inovasi ini juga berpotensi mendukung perekonomian masyarakat yang bergerak di industri tenun dan tekstil berbahan alami,” tandasnya.
Baca Juga: Sejumlah selebritas dunia galang dana untuk Palestina lewat konser amal
Masih menurut Ihsan, penelitian terkait budidaya ulat sutra eri, masih terus berlanjut. Termasuk soal pemanfaatan limbahnya supaya zero waste alias nol sampah. *