HARIAN MERAPI- Penyakit Monkeypox (Mpox) menjadi perhatian global setelah World Health Organization (WHO) mengumumkan status Mpox sebagai keadaan darurat kesehatan global pada Agustus 2024 lalu.
Terlebih setelah ada banyak peningkatan kasus Mpox di Afrika Tengah dan Afrika Barat, terutama di Republik Demokratik Kongo dan sejumlah negara di Afrika.
Mpox dikenal pula sebagai penyakit zoonosis yang disebabkan oleh virus monkey pox. Virus ini termasuk dalam genus orthopoxvirus yang juga mencakup virus smallpox dan cacar sapi.
Baca Juga: KRI Layang 635 Evakuasi Empat Nelayan Korban Kapal Terbakar di Selat Makassar
Hal tersebut dijelaskan Dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dr. Agus Widiyatmoko, Sp.PD., M. Sc dalam edukasi seputar Mpox lewat zoom meeting dan live YouTube, baru-baru ini.
Acara diprakarsai oleh Incident Command System (ICS) UMY, antara lain untuk memberikan edukasi sebagai langkah mitigasi penularan penyakit Mpox melalui kegiatan ICS Menyapa dengan tema “Memahami dan mencegah virus Mpox:Langkah maju di era pasca pandemi”
Dijelaskan pula oleh dr Agus, Mpox memiliki kesamaan dengan Covid-19, karena penularannya yang berulang. Sehingga penting untuk dapat meningkatkan kesadaran untuk mencegah penyebaran Mpox agar tak menyebar dengan cepat.
Virus Mpox dapat bertransmisi dari hewan ke manusia atau dari manusia ke manusia. Penularan dari manusia ke manusia terjadi melalui kontak langsung dengan cairan tubuh yang terkontaminasi atau benda yang terpapar virus.
Baca Juga: Semarak Pesta Warna di Alun-alun Pancasila, Libatkan Pelukis Kota Salatiga
“Sedangkan kontak dengan daging hewan yang tidak diolah dengan baik juga dapat menjadi sumber infeksi. Kita juga harus menjaga perlintasan hewan terutama tupai dan tikus, ini bisa menginfeksi inang lain yaitu monyet,” paparnya.
Gejala umum Mpox, lanjut dr. Agus, dimulai dengan demam, sakit kepala, nyeri otot, dan kelelahan, diikuti dengan ruam khas yang berkembang dari macula menjadi papula, vesikel, pustula, dan akhirnya krusta.
Masa inkubasi biasanya berkisar antara enam hingga 13 hari, dan gejala mirip dengan cacar air dengan penambahan inflamasi atau pembengkakan.
“Berbeda dengan COVID-19 yang menular melalui udara, Mpox menyebar melalui cairan yang terkontaminasi,” tandasnya.