HARIAN MERAPI - Salah satu mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY), Inggrid Olivia NSS meyakini, dampak pengangguran tak hanya dirasakan secara ekonomi, namun juga sosial.
Oleh karenanya ia mempunyai beberapa pendapat atau unek-unek serta harapan terkait tingkat pengangguran dan kemiskinan di Indonesia.
Apalagi kelompok usia muda, terutama dengan umur antara 15 hingga 24 tahun, lulusan SMA/SMK maupun fresh graduate perguruan tinggi juga ikut terdampak.
“Kehilangan pendapatan dan kesempatan kerja, bisa juga menyebabkan penurunan daya beli masyarakat serta memengaruhi kesejahteraan psikologis, termasuk stress serta rasa kehilangan arah,” papar Inggrid, Sabtu (6/12/2025).
Selain itu pada skala makro, lanjut Inggrid, tingginya angka pengangguran dapat menurunkan produktivitas nasional dan meningkatkan beban pemerintah.
Baca Juga: Antisipasi bencana alam, Bupati Sukoharjo tekankan sistem peringatan dini
Antara lain dalam program bantuan sosial. Sedangkan dampak yang lain, seperti meningkatnya masyarakat berpendidikan tinggi lebih memilih bekerja di luar negeri.
Berdasarkan data Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), jumlah pekerja migran Indonesia meningkat hingga lebih dari 270.000 orang pada 2024-2025, termasuk lulusan sarjana yang merasa kesulitan mencari pekerjaan.
“Banyak dari mereka yang akhirnya bekerja sebagai TKI di sektor informal dengan risiko tinggi. Tak hanya itu, kasus perdagangan manusia ke Kamboja, yang seringkali berkedok lowongan pekerjaan digital marketing, masih terus terjadi,” ungkapnya.
Bahkan, Kemenlu RI mencatat lebih dari 1.500 WNI di selamatkan sejak 2022 hingga 2025, dan fenomena ini menunjukkan, minimnya lapangan kerja formal dengan pendapatan stabil.
Sehingga, membuat sebagian masyarakat rela mengambil risiko besar di luar negeri demi mendapatkan penghasilan lebih layak. Suatu langkah bijak, pemerintah telah berupaya mengatasi masalah pengangguran.
Baca Juga: Pemkab Temanggung galang dana bantuan untuk korban bencana Sumatera
Misalnya, dengan dilaksanakan program Balai Latihan Kerja (BLK), Kartu Prakerja serta pelatihan-pelatihan digital, sehingga peluang pekerjaan baru dapat muncul.
Misalnya melalui ekonomi digital, ekonomi kreatif dan green jobs. Namun, tantangan tetap ada, terutama terkait penyaluran pelatihan yang tak merata ke banyak wilayah di Indonesia.
Ditambah lagi, kualitas SDM yang belum optimal. Maka tanpa langkah strategis, angka pengangguran bisa tetap tinggi. Penting pula, selain berbagai upaya tersebut, yakni edukasi berwirausaha.