Selain berfokus pada gerak fisik dasar, program ini juga mendorong pola pengasuhan yang lebih sadar terhadap kebutuhan aktivitas motorik anak.
Dua tahun perjalanan program menghasilkan peningkatan signifikan.
Baca Juga: Setelah lima hari berlayar dari Jakarta, Kapal bantuan SAR tiba di Sibolga
Pada tahun pertama, intervensi melibatkan 45 guru dan 659 anak dari lima PAUD.
Tahun 2025, cakupannya diperluas menjadi 100 guru dan 1.942 anak di 15 PAUD.
Durasi aktivitas fisik anak meningkat dari rata-rata 1-2 jam menjadi 3-4 jam per minggu.
Kemampuan motorik anak yang awalnya berada pada kategori sangat rendah kini naik ke kategori sedang, disertai meningkatnya fokus belajar, kepercayaan diri, dan kemampuan bekerja sama dalam kelompok.
Respons positif datang dari keluarga dan lembaga pendidikan. “Anak saya sekarang jauh lebih aktif dan seimbang dalam bergerak. Ia lebih percaya diri saat bermain dengan teman-temannya,” kata Andreas Tri Budi, salah satu orang tua peserta.
Baca Juga: Program Tiyang Panutan di Rutan Salatiga kurangi stres, khususnya tahanan baru
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kudus, Shony Wardana, juga menilai program ini sejalan dengan kebutuhan dasar anak.
“Selain gizi yang cukup, anak-anak perlu diperkenalkan pada kegiatan fisik dan motorik sejak dini,” ujarnya
Bakti Pendidikan Djarum Foundation menegaskan bahwa program stimulasi fisik motorik ini bukan hanya intervensi sesaat, tetapi gerakan berkelanjutan yang menyasar peningkatan kualitas kesehatan dan pembelajaran anak.
Tahun ini, seluruh sekolah mitra- mulai dari PAUD Terpadu Kalirejo hingga RA Muslimat NU Tarbiyatul Wildan- menampilkan praktik terbaik mereka dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang aktif, menyenangkan, dan ramah perkembangan anak.
Dengan komitmen bersama, Kudus diharapkan menjadi pelopor budaya gerak aktif bagi generasi masa depan. *