HARIAN MERAPI - Sebagai implementasi dari Filosofi Hamemayu Hayuning Bawono, yang bermakna memelihara, memperindah, dan melestraikan alam, Dies Natalis ke-43 Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta ditandai dengan penanaman empat pohon tanjung dan tiga pohon kepel di lingkungan Kampus Terpadu UWM, Banyuraden, Gamping, Sleman, Selasa (2/9). Ini diharapkan menjadi suatu gerakan sivitas akademika dan tenaga kependidikan UWM untuk melakukan penghijauan dan menjaga kehidupan yang harmoni dengan alam.
“Bayangkan kalau rutin dilakukan oleh mahasiswa, dosen, dan tendik UWM di lokasi masing-masing, dan pasti ini sangat bermakna,” ujar Rektor UWM, Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec. yang sekaligus melaunching logo dies di Pendopo Agung.
Baca Juga: Pernyataan Sikap UWM Yogyakarta terhadap Situasi yang Terjadi di Tanah Air
Acara ini dihadiri oleh para wakil rektor, dekan, dan pejabat di lingkungan UWM.
Mengusung tema Revitalisasi UWM Menuju Perguruan Tinggi Unggul dan Berkarakter, pembukaan rangkaian Dies diisi dengan kegiatan penanaman pohon di lingkungan kampus UWM.
Adapun sejumlah agenda dies yang akan digelar di antaranya ziarah makam Sri Sultan Hamengku Buwono IX, pahlawan nasional yang juga merupakan pendiri UWM, Fun Walk Dosen dan Karyawan UWM, Lomba Menghias Tumpeng, Lomba Olahraga, serta Lomba Debat Mahasiswa.
Dalam bidang akademik, panitia merencanakan menggelar kegiatan Sarasehan dan Seminar Nasional. Sedangkan bidang kebudayaan ditandai dengan Resital Sendratari bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan (Disbud) Kota Yogyakarta dan Festival Sendratari, kolaborasi dengan Disbud Provinsi DIY. Sebagai puncak perayaan akan ditandai dengan Laporan Tahunan, Orasi Ilmiah, serta pemberian penghargaan bagi dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa berpretasi.
Baca Juga: Polda DIY Periksa 10 Orang Terkait Kasus Meninggalnya Mahasiswa Amikom
Prof Edy dalam sambutannya menyampaikan bahwa tema dies kali ini menegaskan komitmen UWM dalam memperkuat kualitas akademik sekaligus membangun watak luhur civitas akademika.
“Kegiatan penanaman pohon di lingkungan kampus yang menjadi awal agenda dies kali ini melambangkan tekad kita untuk menanamkan nilai‐nilai keberlanjutan, sekaligus mempercantik ruang belajar yang hijau dan asri,” tambah mantan Ketua Forum Rektor Indonesia ini.
Melalui momentum Dies Natalis ke-43, Rektor mengajak seluruh civitas akademika untuk mengambil peran aktif dalam setiap rangkaian kegiatan. “Mari kita maknai Dies Natalis ke‐43 ini sebagai momentum kebangkitan UWM yang unggul dalam keilmuan dan berkarakter dalam budi pekerti,” tutup mantan Ketua Dewan Pertimbangan Forum Rektor ini.
Acara dilanjutkan dengan penanaman bibit pohon kepel secara simbolis oleh Rektor, kemudian dilanjutkan oleh para wakil rektor. Pohon kepel merupakan tanaman yang identik dengan provinsi DIY. Pohon kepel menjadi flora identitas provinsi DIY yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur DIY No. 385/KPTS/1992 tentang Penetapan Identitas Flora dan Fauna DIY.
Nama pohon ini diambil dari bentuk buahnya yang dalam istilah Jawa disebut 'sekepel' atau hanya sebesar kepalan tangan. Pohon kepel juga cukup istimewa karena pohon ini menjadi salah satu vegetasi yang tumbuh di dalam lingkungan Keraton Yogyakarta.
Selanjutnya dilanjutkan penanaman bibit pohon tanjung oleh para dekan. Dalam etimologi Jawa, makna kata tanjung berarti menjunjung tinggi ajaran agama. Bunga pada pohon tanjung, dapat dikumpulkn untuk mengharumkan pakaian, ruangan atau untuk hiasan. Kulit kayu pada pohon ini dapat direbus untuk digunakan sebagai obat demam. *