Cegah Pelecehan Seksual pada Anak Tunagrahita, STIKES Notokusumo Berikan Edukasi 'GOES'

photo author
- Kamis, 24 Oktober 2024 | 14:30 WIB
Para pemateri dan mahasiswa STIKES Notokusumo usai edukasi 'GOES'.  (Dok STIKES Notokusumo)
Para pemateri dan mahasiswa STIKES Notokusumo usai edukasi 'GOES'. (Dok STIKES Notokusumo)

HARIAN MERAPI - STIKES Notokusumo Yogyakarta bekerja sama dengan Universitas Aisyiyah Yogyakarta menggelar kegiatan edukasi dengan mengusung tema 'GOES' (Generasi Optimal Edukasi Seksual).

Acara 'GOES' oleh STIKES Notokusumo dilaksanakan di Aula SLB Negeri Pembina Yogyakarta dan dihadiri oleh 150 siswa tunagrahita berusia remaja didampingi oleh guru rombel masing-masing. Nampak antusias siswa mengikuti kegiatan ini.

Tema 'GOES' diangkat sebagai respons atas meningkatnya kekhawatiran terkait risiko pelecehan seksual yang dihadapi oleh anak-anak tunagrahita. Khususnya pada masa remaja saat mereka memasuki pubertas.

Baca Juga: Pengadilan Niaga Semarang Nyatakan PT Sritex Pailit

Kegiatan itu menghadirkan dua pemateri, Prima Daniyati Kusuma, S.Kep., Ns., M.Kep dan Fika Nur Indriasari, S.Kep., Ns., M.Kep., yang merupakan dosen sekaligus praktisi kesehatan dari STIKES Notokusumo Yogyakarta.

Kegiatan ini sekaligus dalam rangka pelaksanaan hibah pengabdian kepada masyarakat dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tahun 2024.

"Kegiatan ini bertujuan memberikan pengetahuan dasar mengenai pendidikan seksual sebagai langkah preventif untuk melindungi mereka dari tindakan pelecehan seksual," kata Prima.

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Ners juga terlibat aktif sebagai fasilitator. Edukasi yang diberikan meliputi pengenalan bagian tubuh, tanda-tanda pubertas, tips dan strategi menghindari pelecehan seksual.

Baca Juga: Hindari Kawasan Goa di Planjan, Proyek JJLS Gunungkidul Dipastikan Jalan Terus

"Melalui program 'GOES', kami ingin memberikan pemahaman yang tepat dan mudah dipahami bagi anak-anak tunagrahita mengenai tubuh mereka dan cara menjaga diri dari situasi berbahaya," beber Prima Daniyati.

Ia juga menekankan pentingnya kesadaran mengenai batasan fisik dan privasi, terutama dalam hubungan sosial. Edukasi seksual harus disampaikan secara tepat dan sesuai dengan kondisi kognitif para siswa tunagrahita.

"Penting untuk menyampaikan materi secara sederhana dan visual agar mereka dapat memahami dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari," tambah Fika.

Baca Juga: Kejagung Tetapkan Tiga Hakim yang Memvonis Bebas Ronald Tannur Jadi Tersangka

Sementara itu Kepala SLB Negeri Pembina Yogyakarta, Nur Khasanah, S.Pd.,M.Pd., menyatakan apresiasinya atas program ini. Menurutnya, pendidikan seperti ini sangat penting bagi anak-anak.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Husein Effendi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X