Pariwisata Masa Depan Tak Sekadar Fun Tourism, Tapi Family Tourism dan Friendly Tourism

photo author
- Senin, 30 Agustus 2021 | 12:42 WIB
Mahasiswa doktoral Sekolah Pascasarjana IPB University Atang Trisnanto, M.Si. Saat ini sedang melakukan penelitian tentang ekowisata.  (ANTARA/HO-FAI)
Mahasiswa doktoral Sekolah Pascasarjana IPB University Atang Trisnanto, M.Si. Saat ini sedang melakukan penelitian tentang ekowisata. (ANTARA/HO-FAI)



BOGOR, harianmerapi.com - Tren pariwisata masa depan tak cukup hanya sekadar fokus fun tourism, melainkan lebih mengarah pada family tourism dan friendly tourism.


Gagasan tersebut disampikan mahasiswa doktoral Sekolah Pascasarjana IPB University Atang Trisnanto, M.Si yang sedang melakukan penelitian ekowisata. Ia juga menyatakan bahwa wisata halal adalah konsep pariwisata futuristik.

"Karena ada perubahan tren bahwa pariwisata masa depan itu adalah 'family tourism' dan 'friendly tourism', dan tidak lagi hanya sekadar 'fun tourism' atau kesenangan berwisata semata," kata mahasiswa S3 Program Doktor Ilmu Pengelolaan Sumber Daya Lingkungan IPB itu kepada ANTARA di Kampus IPB Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (30/8/2021).

Baca Juga: Antisipasi Wabah Lanjutan, Epidemiolog Dorong Indonesia Bentuk Departemen Percepatan Pengendalian Penyakit

Karena itu, kata dia, sebagai satu konsep wisata futuristik ke depan, maka hal itu yang akan bisa menjawab sebuah kebutuhan pariwisata di masa masa yang akan datang.

Ia mengakui bahwa selama ini, meski kini sudah tidak menjadi perdebatan yang sengit, masih ada yang mengartikan wisata halal sebagai sebuah konsep Islamisasi regulasi ataupun Islamisasi konsep.

"Padahal wisata halal ini perlu dipahami sebagai sebuah konsep untuk menghadirkan keterpaduan sistem pariwisata yang bersih (clean), sehat (health), aman (safety) dan juga nyaman (comfort)," kata Atang yang saat ini juga Ketua DPRD Kota Bogor itu.

Baca Juga: Wakil Ketua KPK Lili Pintauli Dijatuhi Sanksi Berat, Ini Alasan Dewas KPK

Keterpaduan sistem pariwisata itulah, kata dia, yang dalam konteks halal dimaksud, yakni memastikan bahwa tempatnya bersih, makanannya bersih juga sehat.

Menurut dia dengan bergesernya saat ini, yakni orang berwisata bersama dengan keluarga, teman dan komunitas, ini akan menjadi tantangan yang menarik ke depan, di mana konsep wisata halal ini bisa dikuatkan.

"Tinggal pekerjaan rumah yang kemudian perlu dikuatkan lagi adalah bagaimana konsep wisata halal ini melibatkan banyak pihak. terutama adalah masyarakat kelas bawah," katanya.

Baca Juga: Jakarta Unsur Penting Pemulihan Ekonomi Indonesia, Simak Penjelasan Anies Baswedan

"Sehingga jangan sampai konsep dan pengelolaannya hanya didominasi oleh pembuat regulasi pemerintah itu sendiri ataupun korporasi besar yang memang punya modal," tambah Direktur Eksekutif National Food Security Studies, dan pernah menjadi Tenaga Ahli Menteri Pertanian (Mentan) itu.

Khusus untuk Kota Bogor, Atang melihat bahwa Bogor merupakan suatu kota yang semua sektornya mengandalkan sektor jasa wisata dan perdagangan.

Ia menjelaskan hampir 70 persen pendapatan asli daerah (PAD) Kota Bogor ini berasal dari sektor jasa, sehingga mau tidak mau, dan juga ada dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Kota Bogor membangun satu konsep sebagai kota dan jasa wisata, yang bisa menarik berbagai kunjungan dari masyarakat, baik domestik maupun internasional masuk ke "Kota Hujan" ini.

Baca Juga: Produksi Alat Kesehatan di Indonesia Masih Andalkan Bahan Baku Impor

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Sumber: Antara

Tags

Rekomendasi

Terkini

X