HARIAN MERAPI – Mentimun mini atau baby memiliki beberapa keunggulan tersendiri, sehingga baik perseorangan maupun berkelompok berusaha bisa membudidayakannya dengan baik dan rutin.
Kelompok usaha bersama (Kube) Luhur Jiwo beranggotakan orang dengan disabilitas psikososial (ODDP) asal Sidoluhur, Godean, Sleman sudah pula membudidayakan mentimun baby di kompleks kebun Luhur Jiwo (tanah kas desa kalurahan setempat).
Selain mentimun baby, lahan kebun Luhur Jiwo juga ditanami tanaman produktif lainnya seperti cabai, pisang, terung dan kelengkeng.
Khusus mentimun baby sudah ada 12 bedengan dan panen perdana dilakukan, baru-baru ini.
“Guna mengawali panenan mentimun baby di kebun Luhur Jiwo, kami gelar acara wiwitan, sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa,” ungkap Ketua Paguyuban Swabantu Luhur Jiwo, Hari Priyanto.
Layaknya tanaman cabai maupun kacang panjang, sebutnya, panen mentimun baby bisa dilakukan beberapa kali atau bertahap dengan jarak antara lima sampai tujuh hari.
Ketika produktivitas tanaman mentimun baby sudah mulai menurun, lalu dipersiapkan bibit baru.
Baca Juga: Bukit longsor di jalur wisata Wonosari-Pantai Siung, tutup jalan arah pantai selatan Gunungkidul
Rata-rata bisa panen perdana dari penanaman bibit kisaran 25-30 hari jika di dataran rendah dan tanahnya subur.
Lain halnya jika di dataran tinggi, bisa panen mulai dari penanaman bibit, rata-rata setelah 35 sampai 40 hari.
Penanaman mentimun baby dapat pula menerapkan model tumpangsari, sehingga dalam satu lahan bisa dicampur tanaman lain seperti cabai.
“Selain waktu panennya tak butuh lama, perawatan tanaman mentimun baby juga tidak rumit. Pemanenannya juga dapat dilakukan secara bertahap dan mudah dipasarkan, antara lain cocok digunakan sebagai lalapan,” tandas Hari.