Sebelumnya, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto mengatakan Golkar memiliki jajaran yang kuat untuk menghadapi pemilu. Ada ribuan kader partai yang siap memenangkan pemilu.
“Ya tugasnya jelas, three in one. Satu menang pilpres (pemilihan calon presiden dan calon wakil presiden), dua menang pileg (pemilihan calon anggota legislatif), tiga menang pilkada (pemilihan calon kepala daerah) ke depan, penugasannya jelas,” ucap Airlangga beberapa waktu lalu.
Mobilisasi kader
Sementara itu, Direktur Riset SMRC Deni Irvani mengatakan, berdasarkan survei terkini, Golkar berada pada posisi ke-2 dalam konteks jika pemilu dilakukan hari ini. Namun secara umum, seluruh partai mengalami penurunan elektabilitas dibanding Pemilu 2019 lalu. Ini karena masih banyaknya pemilih yang belum menentukan suara.
Baca Juga: Totalitas Besti, sebuah inovasi untuk turunkan angka kematian bumil dan balita di Sleman
“Dalam survei banyak masyarakat yang belum menentukan pilihan, dalam survei ada 21,3%, bisa jadi di undecided voter, ada pemilih golkar. Lalu apakah (elektabilitas Golkar) bisa naik? Tentu saja bisa.” kata Deni saat berbincang hari ini (30/11).
Seperti yang dikatakan Ketum Airlangga, Golkar memiliki ribuan massa, kader, ‘mesin’ yang bisa digunakan untuk memenangkan partai berlambang Pohon Beringin itu. “Harus ada upaya seperti kemampuan sosialisasi dan mobilisasi dukungan menjelang hari H,” sebut Deni.
Dengan kekuatan massa yang besar, Golkar pasti tidak ingin terlempar dari tiga besar partai di Indonesia. Karena itu butuh upaya kerja keras untuk mengangkat citra partai dan kemudian menentukan Capres yang menambah elektabilitas partai.
Baca Juga: Grebeg Lawu bangkitkan kesenian Karanganyar, libatkan paguyuban Ngisor Kajang
Pada survei terdahulu, SMRC pernah melakukan eksperimen simulasi pasangan Ketum Airlangga dengan tokoh lain di luar partai. Simulasi pasangan Ganjar Pranowo-Airlangga Hartarto menempati urutan teratas.
“Tentu tidak mudah bagi Golkar, apakah mereka siap mencalonkan tokoh diluar partainya. Kalau itu terjadi mungkin ada efeknya, terutama jika Ganjar terasosiasi kuat dengan Golkar,“ ungkap Deni.
Lalu dengan sosok Ridwan Kamil yang disebut tengah dekat dengan Golkar, Deni mengatakan, meski dia berada dalam 4 besar, namun jika dipasangkan dengan Airlangga, dampaknya belum signifikan. “Golkar perlu memperhatikan trend suara,” tandas Deni. (*)