WATES (MERAPI) - Jumlah penderita HIV AIDS di Kulonprogo meningkat tajam, dibuktikan dengan tingginya angka temuan kasus baru pada tahun lalu. Padahal, kasus HIV AIDS hingga kini masih seperti fenomena gunung es, di mana penderita yang ditemukan hanya sebagian kecil saja.
Data dari Dinas Kesehatan Kulonprogo menyebutkan, pada 2018 ada temuan kasus baru HIV AIDS sebanyak 53 penderita. Dari sekian jumlah itu, 10 penderita sudah meninggal dunia.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kulonprogo, drg Baning Rahayu Jati menyampaikan, temuan kasus baru HIV AIDS pada 2018 meningkat signifikan dari tahun-tahun sebelumnya yang hanya berkisar 25 kasus. Peningkatan yang cukup tajam ini, menurut Baning baru menemukan sekitar 10-15 persen penderita HIV AIDS di Kulonprogo. Dimungkinkan, penderita penyakit tersebut di wilayah Kulonprogo berjumlah 450 orang.
"Target kita adalah penemuan kasus. HIV AIDS ditularkan melalui kontak seksual dan kontak darah sehingga yang kita lakukan adalah mencari titik-titik berpeluang terjadi penularan," kata Baning, Jumat (22/3).
Di titik rawan ini, Dinas Kesehatan bersama Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) membuka konsultasi sekaligus penawaran tes secara sukarela. Setidaknya, dalam satu tahun ada 10 titik yang disasar konsultasi dan tes sukarela tersebut.
Baning menyebut, titik-titik rawan penularan HIV AIDS di Kulonprogo ada di daerah Temon, terutama di tempat-tempat karaoke. Selain itu, daerah tambang pasir juga menjadi perhatian pihaknya karena dinilai sebagai titik rawan.
"Kami melakukan pendampingan kepada kelompok beresiko secara rutin. Seperti kaum homoseksual, waria, penghuni rumah tahanan bahkan ibu rumah tangga yang kini juga berisiko terkena HIV AIDS. Ibu hamil kemudian di-screening agar jika mengidap HIV AIDS tidak menularkan kepada anaknya," imbuh Baning.