Foto bersama di depan Patung Lambang Negara Garuda Pancasila karya Yusman.
MERGANGSAN (MERAPI) - Para pendiri bangsa ini memiliki wawasan jauh ke depan, sehingga dalam meletakkan landasan bernegara sedemikian kuat. Termasuk dalam memilih simbol-simbol, terlebih ketika menjadikan burung Garuda Pancasila sebagai Lambang Negara. Lambang atau simbol-simbol memiliki kekuatan melebihi 1000 kata-kata. Demikian diungkap Asekwilda Bidang Ekonomi dan Pembangunan Drs. Trisaktiyana mewakili Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X saat membuka Pameran Pekan Garuda dalam rangka memperingati 69 tahun lahirnya Lambang Negara Garuda Pancasila di Diskominfo Co-Working Space ex THR Dipowinatan, Mergangsan, Senin (11/2) malam.
Bagi generasi muda saat ini, pameran memiliki nilai lebih bagi memupuk semangat kebangsaan serta penanaman nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam heroisme lahirnya lambang negara ini. Lebih lanjut menurut Trisaktiyana, adalah sangat membanggakan ketika generasi muda saat ini masih memiliki semangat dalam turun memperingatai hari lahir lambang negara burung Garuda Pancasila dengan menampilkan berbagai atraksi kesenian.
"Ini sangat membanggakan, anak-anak muda masih memiliki semangat luar biasa dalam memperingati hari lahirnya lambang negara, sehingga tidak berlebihan kalau dikatakan kebanggaan semangat dan jiwa Pancasila anak muda dari Yogyakarta untuk Indonesia," ucap Trisaktiyana yang disusul tepuk tangan ruh tamu undangan.
Dalam Pameran Pekan Garuda yang berlangsung sejak 11-15 Februari 2019 ini, sengaja menghadirkan dua tokoh seniman Yogyakarta yang selama ini memiliki kepedulian dalam karya-karyanya terkait dengan lambang negara. Pematung Enam Presiden Yusman menampilkan dua karya yang dibuat tahun 2017 berjudul Burung Garuda Pancasila dan Nanang Rachmat Hidayat pendiri Waroeng Muzeum Rumah Garuda yang mengusung tidak kurang 50 koleksi terbaiknya untuk dipajang dalam pameran itu.
Menurut Yusman, lambang negara itu nyaris menjadi sesuatu yang sakral apa lagi menyangkut kehormatan berbangsa. Sehingga dalam penerapannya di keseharian harus benar-benar diperhatikan detail serta pakemnya. Jangan sampai lambang negara yang memiliki historis serta nilai-nilai kebangsaan penuh dengan filosofi adi luhung ini, kemudian di gunakan dan ditempatkan yang tidak semestinya.
"Saya membuat patung Garuda Pancasila dengan berbagai ukuran dari kecil sampai yang setinggi empat meter, tetap menggunakan kaidah baku yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Sehingga ini bisa menjadi informasi yang benar bagi kebutuhan pengetahuan generasi mendatang tentang bentuk lammbang negara kita ini," tutur Yusman ketika ditemui Merapi di lokasi pameran.
Sementara itu dalam pandangan Nanang Garuda, masyarakat selama ini belum paham terkait dengan aturan baku dalam menggambar atau pun membuat bentuk terkait dengan lambang negara burung Garuda Pancasila yang seharusnya. Sehingga banyak berbagai versi burung Garuda Pancasila lahir dari hasil kreatifitas masyarakat yang merasa memiliki lambang negara ini.