SLEMAN, harianmerapi.com – Metaforma menjadi judul pameran keris kalawijan di Galeri Omah Dhuwung Wukirsari, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.
Pemilihan judul Metaforma ini lantaran keris yang dipamerkan merupakan keris yang melampaui pakem.
Metaforma adalah bentuk-bentuk yang melampaui, dan dalam tosan aji banyak terdapat pepacuh atau aturan-aturan baku terkait bentuk keris.
Baca Juga: Ditahan di Polda Metro Jaya, Roy Suryo tidak mendapatkan perlakuan khusus
Ketua panitia pameran, Hedi Haryanto mengatakan aturan baku tersebut berupa kesepakatan penggunaan simbol di dalamnya.
Khusus di Jawa, disepakati keris yang dianggap umum adalah keris lurus hingga luk 13.
Selebihnya disebut kalawijan, yang menurut Nayawirangka disebut “dhapur mboten baku”, misalnya keris luk 15 hingga 29.
Hal tersebut lahir dari konsep-konsep tertentu dengan penamaan khusus. Begitu pun dengan pamor yang memiliki aturan-aturan yang juga umum.
Dari segi bentuk, dikenal istilah pamor rekan dan pamor tiban. Pamor rekan dirancang oleh Mpu, sedangkan pamor tiban adalah pamor yang serta merta muncul dan dianggap sebagai pemberian semesta.
Pada masa lalu, pamor tiban diyakini mengandung daya adikodrati. Misalnya, pamor raja gundala atau pamor tiban yang menyerupai figur-figur tertentu.
Pamor raja gundala itu dianggap sebagai pamor terbaik, karena bentuknya yang menyerupai figur-figur tertentu melampaui kemampuan manusia dalam merancangnya.
Bentuk-bentuk tersebut kemudian bisa disebut manifestasi dari invisible hand atau dalam khazanah Jawa disebut andupara. Dan, inilah letak pencapaian artistik antara manusia dengan semesta.
Sementara itu dalam pameran tersebut juga diadakan acara jamasan tosan aji.
Komunitas Lar Gangsir memberikan tajuk acara jamasan keris itu Hamasuh Tosan Aji.