Waspada Petir Saat Bermain Bola, Bisa Berubah Petaka

photo author
- Minggu, 12 Juni 2022 | 09:00 WIB
Ilustrasi foto tersambar petir  (Antara/Saud/Ilustrasi)
Ilustrasi foto tersambar petir (Antara/Saud/Ilustrasi)



DANI Hartanto (17) warga Serut Pengasih Kulonprogo mungkin apes nasibnya. Ia tersambar petir saat bermain bola di lapangan Pengasih Kulonprogo Rabu pekan lalu sekitar pukul 17.00.


Dani yang bermain membela klub Hasenda FC semula hendak menepi bersama rekan-rekannya karena kondisi hujan disertai petir. Tapi belum sampai ke tepi, petir menyambar hingga membuat Dani roboh. Teman-temannya berusaha menolong dengan membawanya ke rumah sakit. Namun sayang nyawanya tak terselamatkan.

Bisa dibayangkan betapa hancur hati orangtua melihat anak kesayangannya sudah tak bernyata. Ya, ia meninggal di arena lapangan sepakbola. Jika demikian, lantas siapa yang harus bertanggung jawab atas kematian Dani ?

Baca Juga: Tumbangkan Indonesia 1-0, Yordania Puncaki Grup A Klasemen Sementara Kualifikasi Piala Asia 2023

Rasanya sulit untuk mencari orang yang paling bertanggung jawab atas peristiwa itu. Umumnya, orang akan berpendapat bahwa kejadian itu murni musibah sehingga tak ada yang dapat dituntut hukum.

Kalaupun ada yang beranggapan bahwa peristiwa itu sebagai musibah, bukankah bisa diantisipasi ? Inilah perlunya langkah antisipasi agar tidak ada orang yang menjadi korban. Dani adalah korban atas peristiwa alam, yakni tersambar petir. Namun manusia dibekali pengetahuian untuk mengambil langkah hati-hati.

Apalagi di tanah lapang, petir sangat mudah menyambar. Nah di sinilah panitia pertandingan perlu menyiapkan langkah antisipasi. Misalnya, mengakhiri atau menunda pertandingan ketika cuaca tidak bersahabat.

Baca Juga: Pengalaman Mistis Mengantar Tetangga Berobat di Rumah Sakit Dini Hari, Melihat Penampakan di Depan Kamar Mayat

Mungkin selama ini, hujan dianggap hal biasa sehingga tak perlu tergesa menghentikan pertandingan. Padahal, yang namanya potensi bahaya selalu ada dan mengincar.

Petir akan mengincar benda paling tinggi di tanah lapang. Nah, kalau ada orang, tentu menjadi objek paling tinggi sehingga rawan tersambar petir. Panitia mungkin sudah mengantisipasi kemungkinan tersebut, sayangnya terlambat. Pemain bubar ketika hujan sudah turun dan dianggap tak ada masalah. Ternyata, prediksi keliru, petir menyambar sebelum Dani menepi.

Semestinya, ketika cuaca kurang bersahabat, pertandingan ditunda di lain waktu. Jangan berspekulasi meneruskan pertandingan sementara petir mengancam.

Baca Juga: Kabar Piala Presiden 2022: PSS Sleman Sukses Imbangi Persis Solo Tanpa Gol Meski Sempat Dapat Hukuman Penalti

Keselamatan manusia adalah hal nomor satu yang harus diprioritaskan. Dalam kasus di atas, terbukti spekulasi membuakan malapetaka, Dani tewas disambar petir.

Bagaimanapun, kalau tidak dimintai pertanggungjawaban, panitia pertandingan harus mengambil pelajaran berharga dari kasus tersebut. Jangan biarkan anak-anak berada dalam bahaya, terancam disambar petir. (Hudono)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

PPDI Merah Putih Ingin Berpatisipasi MBG dan KDMP

Minggu, 21 Desember 2025 | 18:00 WIB
X